Transkripsi fonetik
Transkripsi fonetik atau alih aksara bunyi (dikenal juga sebagai aksara fonetik atau notasi fonetik) adalah wujud perwakilan dari ujaran (atau bunyi) melalui makna simbol. Hal yang paling umum dari transkripsi fonetik adalah menggunakan abjad fonetik, seperti Alfabet Fonetik Internasional (the International Phonetic Alphabet).
Pengertian
suntingTranskripsi
suntingTranskripsi merupakan pengubahan ujaran ke dalam bentuk tertulis, biasanya dengan menggambarkan bunyi/fonem dengan suatu lambang.[1](Kridalaksana, 2009)
Transkripsi Fonetik
suntingTranskripsi fonetik merupakan transkripsi yang berupaya menggambarkan semua bunyi dengan sangat teliti, misalnya [ŋijaŋ] yang menggambarkan artikulasi dorsopalatal yang tidak sama dengan artikulasi dorsovelar dan tanda luncuran.[1]
Sistem notasi
suntingSistem perlambangan bunyi yang terkenal dan banyak digunakan saat ini adalah sistem yang berasal dari International Phonetic Association. Sistem ini tidak sempurna juga karena ada banyak jenis bunyi yang ditemukan dalam berbagai bahasa dunia. Akan tetapi, sistem ini diciptakan dan digunakan oleh ahli bahasa (linguis) untuk memudahkan analisis bahasa.[2]
Alfabet Fonetik Internasional (International Phonetic Alphabet) atau yang biasa disingkat IPA ini dikembangkan diciptakan dan dikembangkan oleh Perhimpunan Fonetik Internasional pada akhir abad ke-19.[3] Sampai saat ini, IPA menjadi sistem notasi yang banyak digunakan oleh pelajar dan pengajar bahasa asing (misal Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)), ahli bahasa, serta ahli yang berkaitan dengan musik, bahasa, dan sastra.
Sebagian besar transkripsi fonetik berdasarkan pada asumsi bahwa bunyi-bunyi linguistik dapat disegmentasikan ke dalam unit-unit diskrit yang dapat diwakili oleh simbol-simbol. Berbagai jenis transkripsi atau notasi dapat dibagi menjadi abjad (didasarkan pada prinsip yang sama seperti pada pengaturan penulisan abjad biasa) dan analfabetik (notasi yang bukan alfabet) yang mewakili setiap suara dengan simbol gabungan yang terdiri dari sejumlah tanda yang disatukan.
Aspek Transkripsi Abjad
suntingDalam melakukan transkripsi fonetik, Asosisasi Fonetik Internasional merekomendasikan penggunaan tanda kurung siku ([...]). Sementara itu, sebuah transkripsi yang hanya menunjukkan kontras fonemik dapat menggunakan garis miring (/.../).
Proses transkripsi fonetis dapat dilakukan berdasarkan seberapa dekat suara tersebut dapat ditranskripsikan. Bila transkripsi suara tidak dibuat secara mendetail, hanya fitur fonetiknya yang terlihat, disebut sebagai transkripsi luas. Sementara transkripsi fonetik yang dijelaskan lebih lanjut, dijelaskan secara fonemik, disebut sebagai transkripsi sempit.[4]
Analfabetik
suntingJenis lain dari notasi fonetik yang lebih tepat daripada notasi abjad adalah notasi fonetik analitik, yaitu notasi yang menggunakan urutan simbol yang panjang untuk secara tepat menggambarkan fitur komponen dari gerakan artikulatoris (MacMahon 1996: 842-844). Meskipun notasi analfabetik lebih deksriptif daripada notasi alfabet, notasi analfabetik kurang praktis untuk beberapa tujuan, seperti ahli bahasa deskriptif yang bekerja di lapangan atau ahli yang bertugas menyalin gangguan bicara. Akibatnya, notasi analfabetik menjadi jarang digunakan.
Ekstensi IPA
suntinglihat Ekstensi IPA
Sistem notasi dalam bahasa Indonesia
suntingSistem notasi fonetik bahasa Indonesia berbeda dengan versi internasional. Sistem transkripsi fonetik dalam bahasa Indonesia belum sepenuhnya terselesaikan karena berbagai faktor. Salah satunya ialah ciri vokal bahasa Indonesia yang tidak terlihat perbedaannya pada pelafalan pada saat kata diproduksi. Bila dibandingkan dengan bahasa asing lain, seperti bahasa Inggris, tata cara pelafalan kata berbahasa Inggris lebih banyak daripada bahasa Indonesia.
artikulasi | artikulator | bilabial | labiodental | dental/alveolar | palatal | velar | glotal |
---|---|---|---|---|---|---|---|
hambat | bersuara | b | d | g | |||
tansuara | p | t | k | ||||
afrikat | bersuara | j | |||||
tansuara | c | ||||||
frikatif | bersuara | f | z | ||||
tansuara | s | ʃ | x | h | |||
nasal | bersuara | m | n | ɲ | |||
getar | bersuara | r | |||||
lateral | bersuara | l | |||||
semivokal | bersuara | w | y |
Referensi
sunting- ^ a b Kridalaksana, Harimurti (2009). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- ^ Verhaar, J. W. M. (2012). Asas-asas Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- ^ International Phonetic Association (1999). Handbook of the International Phonetic Association : a guide to the use of the International Phonetic Alphabet. Cambridge, U.K.: Cambridge University Press. ISBN 0-521-65236-7. OCLC 40305532.
- ^ Mahyuni, N. F. N. (2018). "Corpus Linguistics for ELT: Research and Practice". Linguistik Indonesia. 36 (1): 103–106.