Victoria dari Britania Raya

Penguasa monarki Britania Raya

Victoria (Alexandrina Victoria; 24 Mei 1819 – 22 Januari 1901) adalah Ratu Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia dari 20 Juni 1837 hingga akhir hayatnya pada tahun 1901. Masa pemerintahannya yang berlangsung selama 63 tahun dan 216 hari lebih lama dari raja atau ratu pendahulunya, yang dinamai dengan era Victoria. Pada era ini, terjadi perubahan industri, politik, sains, dan militer di Britania Raya, serta ditandai dengan perluasan besar-besaran Imperium Britania. Pada tahun 1876, Parlemen Britania Raya menahbiskannya sebagai Maharani India.

Victoria
Victoria wearing a lace cap and diamond jewellery
Foto oleh Alexander Bassano, 1882
Ratu Britania Raya dan Irlandia
Berkuasa20 Juni 1837 – 22 Januari 1901
Penobatan28 Juni 1838
PendahuluWilliam IV
PenerusEdward VII
Maharani India
Berkuasa1 Mei 1876 – 22 Januari 1901
Durbar Imperial1 Januari 1877
PendahuluJabatan baru
PenerusEdward VII
KelahiranPutri Alexandrina Victoria dari Kent
(1819-05-24)24 Mei 1819
Istana Kensington, London, Inggris
Kematian22 Januari 1901(1901-01-22) (umur 81)
Osborne House, Pulau Wight, Inggris
Pemakaman4 Februari 1901
Pasangan
(m. 1840; meninggal 1861)
Keturunan
WangsaHanover
AyahPangeran Edward, Adipati Kent dan Strathearn
IbuPutri Victoria dari Saxe-Coburg-Saalfeld
AgamaProtestan[a]
Tanda tanganCursive signature of Queen Victoria

Victoria adalah putri dari Pangeran Edward, Adipati Kent dan Strathearn (putra keempat Raja George III), dengan Putri Victoria dari Saxe-Coburg-Saalfeld. Setelah ayah dan kakeknya tutup usia pada tahun 1820, ia dibesarkan dan dididik secara cermat oleh ibu dan nadirnya, John Conroy. Ia menjadi pewaris takhta pada usia 18 tahun setelah tiga kakak lelaki ayahnya mangkat tanpa memiliki keturunan sah. Victoria, sebagai seorang ratu konstitusional, berupaya memengaruhi kebijakan pemerintah dan menunjuk perdana menteri secara perseorangan. Di mata masyarakat, ia menjadi ikon nasional yang dikenal dengan standar moral personal yang tinggi.

Pada tahun 1840, Victoria menikah dengan sepupu pertamanya, Pangeran Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha. Kesembilan anaknya menikah dengan keluarga kerajaan dan bangsawan di seluruh penjuru Eropa, sehingga Victoria dijuluki sebagai "nenek Eropa". Setelah kematian Albert pada tahun 1861, Victoria dilanda duka yang mendalam dan menghindari tampil di depan umum. Akibatnya, Republikanisme di Britania Raya menguat, tetapi ia kembali disukai masyarakat pada paruh kedua pemerintahannya. Yubelium Emas dan Yubelium Berlian Victoria dirayakan secara meriah. Victoria tutup usia di Osborne House, Pulau Wight pada usia 81 tahun. Ia adalah penguasa Britania terakhir dari Wangsa Hanover, yang digantikan oleh putranya, Edward VII, dari Wangsa Saxe-Coburg dan Gotha.

Masa kecil

sunting

Kelahiran dan silsilah

sunting
Victoria kecil bersama ibunya, karya William Beechey
Lukisan karya Stephen Poyntz Denning, 1823

Ayah Victoria adalah Pangeran Edward, Adipati Kent dan Strathearn, putra keempat Raja George III dengan Ratu Charlotte. Hingga tahun 1817, satu-satunya cucu sah Raja George adalah keponakan Edward, Putri Charlotte dari Wales, putri tunggal George, Pangeran Pemangku (kelak menjadi George IV). Berpulangnya Putri Charlotte pada tahun 1817 memicu krisis takhta yang akhirnya memaksa Pangeran Edward dan para saudaranya yang masih lajang untuk segera menikah dan memiliki keturunan. Pada tahun 1818, Adipati Kent menikahi Putri Victoria dari Saxe-Coburg-Saalfeld, seorang putri bangsawan Jerman yang berstatus janda. Ia sebelumnya menikah dengan Emich Carl, Pangeran Leiningen ke-2 dan memiliki dua anak, yakni Carl (1804–1856) dan Feodora (1807–1872). Adik Putri Victoria, Leopold, adalah suami mendiang Putri Charlotte yang kelak menjadi raja Belgia pertama. Victoria adalah anak tunggal Adipati dan Adipatni Kent, yang lahir pada pukul 4.15 pagi hari Senin tanggal 24 Mei 1819 di Istana Kensington, London.[1]

Victoria dibaptis secara privat oleh Uskup Agung Canterbury, Charles Manners-Sutton, pada tanggal 24 Juni 1819 di Ruang Kubah Istana Kensington.[b] Ia dibaptis dengan nama Alexandrina, sesuai dengan nama salah seorang wali baptisnya, Tsar Alexander I dari Rusia, dan Victoria, sesuai nama ibunya. Nama-nama lain juga diusulkan oleh orang tuanya, di antaranya Georgina (atau Georgiana), Charlotte, dan Augusta, tetapi dihapus atas titah Pangeran Pemangku.[2]

Saat kelahirannya, Victoria berada pada urutan kelima dalam garis pewaris takhta setelah empat putra tertua George III, yakni: George, Pangeran Pemangku (kelak George IV); Frederick, Adipati York; William, Adipati Clarence (kelak William IV); dan ayah Victoria, Edward, Adipati Kent.[3] Pangeran George tidak memiliki keturunan yang masih hidup, sedangkan Pangeran Frederick tidak memiliki keturunan. Keduanya juga tinggal terpisah dari para istrinya, yang pada waktu itu sudah melewati usia subur, sehingga kecil kemungkinan mereka berdua bisa memiliki keturunan sah. Putra ketiga Raja George, William, menikah pada tahun 1818, berbarengan dengan adiknya Edward, tetapi kedua putri sah William meninggal ketika bayi. Anak pertamanya adalah Putri Charlotte, yang lahir dan meninggal pada tanggal 27 Maret 1819, dua bulan sebelum Victoria lahir. Ayahanda Victoria wafat pada bulan Januari 1820, ketika Victoria masih berusia kurang dari satu tahun. Seminggu kemudian, kakeknya juga berpulang dan digantikan oleh putra tertuanya, George IV. Pada masa itu, Victoria berada di urutan ketiga dalam garis pewaris takhta setelah Frederick dan William. Ia lalu berada di urutan keempat ketika putri kedua William, Putri Elizabeth, lahir pada tanggal 10 Desember 1820. Putri Elizabeth meninggal dua bulan kemudian, sehingga Victoria kembali berada di urutan ketiga.[4]

Pewaris takhta

sunting

Pangeran Frederick tutup usia pada tahun 1827, disusul oleh Raja George IV tiga tahun kemudian. Pewaris sah berikutnya yang masih hidup adalah William, yang naik takhta dengan nama William IV, dan Victoria menjadi pewaris selanjutnya. Kedudukannya sebagai pewaris masih bisa tergeser jika William kelak memiliki anak. Undang-Undang Regensi 1830 memberikan ketentuan khusus agar ibunda Victoria bertindak sebagai walinya jika William mangkat ketika Victoria masih di bawah umur.[5] Raja William tidak memercayai kecakapan ibunda Victoria untuk menjadi wali, dan pada tahun 1836 William menegaskan bahwa ia akan hidup sampai Victoria berulang tahun ke-18 agar perwalian bisa dihindari.[6]

 
Lukisan Victoria bersama anjing Dash spanielnya karya George Hayter, 1833

Victoria mengungkapkan bahwa kehidupan masa kecilnya "cukup suram."[7] Ibunya, Adipatni Kent dan Strathearn, sangat protektif, dan Victoria dibesarkan jauh dari anak-anak lain dengan cara yang disebutnya "Sistem Kensington", yang mencakup serangkaian aturan dan ketentuan rumit yang dibuat oleh ibunya dan pengawasnya yang ambisius dan dominan, Sir John Conroy, yang menurut kabar adalah kekasih ibu Victoria.[8] Sistem ini mencegah sang putri bertemu dengan orang-orang yang tidak diinginkan oleh ibunya dan Conroy (termasuk keluarga ayahnya), dan dirancang untuk membuat Victoria lemah dan bergantung pada mereka.[9] Adipatni tidak berkenan datang ke istana karena ia tidak menyukai anak-anak haram Raja William.[10] Victoria tidur sekamar dengan ibunya setiap malam, belajar sesuai jadwal dengan bimbingan tutor pribadi secara teratur, dan menghabiskan waktu bermainnya bersama boneka-bonekanya dan anjing King Charles Spaniel-nya yang bernama Dash.[11] Pelajaran yang diikutinya meliputi bahasa Prancis, Jerman, Italia, dan Latin,[12] meskipun ia hanya menuturkan bahasa Inggris di rumah.[13]

Pada tahun 1830, Adipatni dan Conroy membawa Victoria bepergian ke penjuru Inggris Tengah untuk mengunjungi Malvern Hills, singgah di berbagai kota dan rumah-rumah bangsawan di sepanjang perjalanannya.[14] Perjalanan serupa ke wilayah lain Inggris dan Wales dilakukan pada tahun 1832, 1833, 1834, dan 1835. Victoria disambut dengan semarak di setiap persinggahannnya, yang membuat raja marah.[15] William membandingkan perjalanan tersebut dengan perjalanan kerajaan dan khawatir bahwa rakyat Inggris akan menganggap Victoria sebagai pesaingnya, bukannya pewaris sementara.[16] Victoria tidak menyukai perjalanan tersebut, karena banyaknya unjuk penampilan di depan publik membuatnya lelah dan sakit, dan hampir tidak ada waktu baginya untuk beristirahat.[17] Ia tidak keberatan dengan ketidaksetujuan Raja, tetapi ibunya menolak keluhannya dan memaksa Victoria untuk terus melanjutkan perjalanan.[18] Pada bulan Oktober 1835, Victoria terkena demam parah di Ramsgate, yang awalnya dianggap oleh Conroy hanyalah kepura-puraan anak kecil.[19] Saat Victoria sakit, Conroy dan Adipatni mendesaknya untuk menjadikan Conroy sebagai sekretaris pribadinya, tetapi tidak berhasil.[20] Menginjak remaja, Victoria mulai menolak upaya ibunya untuk menjadikan Conroy sebagai stafnya.[21] Setelah menjadi ratu, ia melarang Conroy berada di istana, meskipun Conroy masih tinggal di rumah ibunya.[22]

 
Lukisan diri, 1835

Pada tahun 1836, paman dari pihak ibu Victoria, Leopold, yang menjadi Raja Belgia sejak 1831, ingin menjodohkan Victoria dengan Pangeran Albert,[23] putra dari kakaknya, Ernest I, Adipati Saxe-Coburg dan Gotha. Leopold mengatur agar ibu Victoria mengundang kerabat Coburgnya untuk berkunjung ke rumahnya pada bulan Mei 1836, dengan tujuan memperkenalkan Victoria kepada Albert.[24] Sayangnya, William IV tidak menyetujui perjodohan tersebut, dan lebih mendukung Pangeran Alexander dari Belanda, putra kedua Pangeran Oranye, untuk menjadi suami Victoria.[25] Victoria mewaspadai berbagai rencana perjodohan dan dengan kritis menilai para pangeran yang memenuhi syarat.[26] Menurut tulisan di buku hariannya, ia menikmati kebersamaannya dengan Albert sejak awal. Setelah kunjungan keluarga Coburg, Victoria menulis, "Albert sangat rupawan, rambutnya hampir sewarna dengan rambutku, matanya besar dan biru, dan ia memiliki hidung yang indah dan mulut yang sangat elok dengan gigi yang bagus, tetapi pesona wajahnya terletak pada ekspresinya yang sangat menarik."[27] Sedangkan Alexander menurutnya "biasa saja."[28]

Victoria menulis surat kepada Raja Leopold, yang dianggapnya sebagai "penasihat yang paling baik dan menyenangkan,"[29] untuk berterima kasih kepadanya "atas peluang kebahagiaan besar yang telah Paman berikan kepadaku, dalam diri Albert yang terkasih... Ia memiliki semua kualitas yang diinginkan untuk membuatku berbahagia. Ia sangat bijaksana, sangat sopan, sangat baik, dan juga sangat ramah. Selain itu, ia punya perawakan yang paling menyenangkan dan menarik yang bisa Paman lihat."[30] Namun, pada usia 17 tahun, meskipun Victoria tertarik pada Albert, ia belum siap untuk menikah. Kedua belah pihak tidak menggelar pertunangan resmi, tetapi menganggap bahwa pernikahan keduanya akan terjadi bila sudah tiba waktunya.[31]

Naik takhta dan awal pemerintahan

sunting
 
Victoria menerima kabar tentang naik takhtanya dari Lord Conyngham (membungkuk) dan Uskup Agung Howley (kanan). Lukisan oleh Henry Tanworth Wells, 1887.

Victoria berusia 18 tahun pada tanggal 24 Mei 1837, dengan demikian perwalian bisa dihindari. Kurang dari sebulan kemudian, pada tanggal 20 Juni 1837, William IV mangkat pada usia 71 tahun, dan Victoria menjadi Ratu Britania Raya dan Irlandia.[c] Dalam buku hariannya, ia menulis, "Aku dibangunkan pada pukul 6 oleh Ibu, yang memberitahuku bahwa Uskup Agung Canterbury dan Lord Conyngham ada di sini dan ingin bertemu denganku. Aku beranjak dari tempat tidur dan pergi ke ruang duduk (hanya mengenakan gaun tidur) sendirian, dan menemui mereka. Lord Conyngham kemudian memberitahuku bahwa Pamanku yang malang, Baginda Raja, telah tiada, dan berpulang pada pukul 2 lewat 12 menit pagi ini, dan dengan demikian aku menjadi Ratu."[32] Dokumen resmi yang disiapkan pada hari pertama pemerintahannya menyebutnya dengan nama Alexandrina Victoria, tetapi nama pertama lalu dihapus atas keinginan Victoria sendiri dan tidak digunakan lagi.[33]

Sejak tahun 1714, Britania Raya memiliki raja yang sama dengan Hanover di Jerman, tetapi sesuai ketentuan hukum Sali, perempuan tidak diperkenankan mewarisi takhta Hanover. Manakala Victoria mewarisi takhta Britania, adik laki-laki ayahnya, Ernest Augustus, Adipati Cumberland, menjadi Raja Hanover. Ernest adalah pewaris berikutnya setelah Victoria sampai ia memiliki keturunan.[34]

 
Lukisan penahbisan Victoria karya George Hayter

Pada saat Victoria naik takhta, pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri Whig, Lord Melbourne. Ia dengan cepat menjadi pengaruh kuat bagi ratu yang sama sekali belum berpengalaman secara politik, yang mengandalkan Melbourne untuk memberinya arahan.[35] Charles Greville berpendapat bahwa Melbourne yang sudah menduda dan tidak memiliki anak "sangat menyayangi Victoria selayaknya anaknya sendiri," dan Victoria mungkin juga melihat Melbourne sebagai sosok ayah.[36] Penobatannya berlangsung pada tanggal 28 Juni 1838 di Westminster Abbey. Lebih dari 400.000 pengunjung datang ke London untuk merayakan penobatannya.[37] Victoria menjadi penguasa monarki pertama yang tinggal di Istana Buckingham[38] dan mewarisi pendapatan dari lahan kerajaan di Lancaster dan Cornwall serta menerima tunjangan negara sebesar £385.000 per tahun. Secara bijaksana, ia melunasi utang ayahnya.[39]

Pada awal pemerintahannya, Victoria cukup termasyhur,[40] tetapi reputasinya menurun akibat skandal kerajaan pada tahun 1839 ketika salah seorang dayang ibunya, Lady Flora Hastings, mengalami pembengkakan perut yang kemudian dirumorkan bahwa ia dihamili oleh Sir John Conroy.[41] Victoria memercayai rumor tersebut.[42] Ia membenci Conroy, dan memandang rendah "Lady Flora yang menjijikkan,"[43] karena ia ikut bersekongkol dengan Conroy dan ibunya dalam penerapan Sistem Kensington.[44] Pada awalnya, Lady Flora menolak untuk menjalani pemeriksaan medis, sampai akhirnya pada pertengahan Februari ia setuju untuk diperiksa, dan diketahui bahwa ia masih perawan.[45] Conroy, keluarga Hastings, dan lawan politik Tory melancarkan propaganda media yang menuduh bahwa Sri Ratu telah menyebarkan kabar palsu mengenai Lady Flora.[46] Ketika Lady Flora meninggal pada bulan Juli, hasil autopsi mengungkapkan bahwa ia memiliki tumor besar di hati yang menyebabkan perutnya mengalami pembengkakan.[47] Sewaktu tampil di depan umum, Victoria dicemooh dan dihina dengan julukan "Nyonya Melbourne."[48]

Pada tahun 1839, Melbourne mengundurkan diri setelah pihak Radikal dan Tory (keduanya dibenci oleh Victoria) menentang pengesahan RUU penangguhan konstitusi Jamaika. RUU tersebut menghapuskan kekuasaan politik pemilik perkebunan yang giat menentang penghapusan perbudakan.[49] Victoria kemudian menunjuk seorang tokoh Tory, Robert Peel, untuk membentuk pemerintahan baru. Pada masa itu, sudah menjadi kebiasaan bagi perdana menteri untuk menunjuk anggota Rumah Tangga Kerajaan, yang biasanya adalah para sekutu politik dan pasangannya. Kebanyakan dayang dan perwara Ratu adalah istri para politikus Whig, dan Peel hendak menggantikan mereka dengan istri politikus Tory. Dalam pergolakan yang dikenal dengan "krisis kamar tidur," Victoria, atas saran Melbourne, menolak penggantian tersebut. Peel menolak memerintah dengan adanya batasan-batasan yang diberlakukan oleh Ratu. Ia akhirnya mundur sebagai perdana menteri, sehingga Melbourne kembali berkuasa.[50]

Pernikahan

sunting
 
Pernikahan Victoria and Albert, dilukis oleh George Hayter

Meskipun Victoria telah menjadi ratu, sebagai perempuan muda yang belum menikah, ia diharuskan untuk tinggal bersama ibunya sesuai aturan norma tak tertulis pada masa itu. Oleh sebab itu, Victoria terpaksa tinggal seatap dengan ibunya meskipun ia membenci ibunya karena didikan ala Kensington dan ketergantungan ibunya pada Conroy.[51] Ibunya lalu dipindahkan ke sebuah rumah terpencil di komplek Istana Buckingham, dan Victoria sering kali menolak untuk menemuinya.[52] Ketika Victoria mengeluh kepada Melbourne mengenai perlakuan ibunya kepadanya selama bertahun-tahun, Melbourne bersimpati dan mengungkapkan bahwa hal tersebut bisa dihindari jika Victoria menikah, yang disebutnya sebagai "solusi mengejutkan".[53] Victoria mulai mencari tahu latar belakang pendidikan Albert demi peran yang harus ia emban sebagai suaminya di masa depan, tetapi ia tidak bersedia mempercepat pernikahannya.[54]

Victoria terus memuji Albert setelah ia berkunjung untuk kedua kalinya pada bulan Oktober 1839. Mereka berdua saling mencintai dan Victoria melamar Albert pada tanggal 15 Oktober 1839, lima hari setelah Albert tiba di Windsor.[55] Mereka menikah pada tanggal 10 Februari 1840 di Kapel Kerajaan, Istana St James, London. Victoria dimabuk cinta dan menghabiskan malam pernikahannya dengan berbaring di tempat tidur akibat sakit kepala, tetapi ia menulis dengan penuh semangat di buku hariannya:

AKU TIDAK PERNAH, TIDAK PERNAH menghabiskan malam seperti ini!!! ALBERTKU TERCINTA, TERKASIH... kasih sayang dan cintanya memberiku perasaan cinta & kebahagiaan surgawi yang tidak pernah ku harapkan sebelumnya! Dia memelukku, & kami saling mencium lagi & lagi! Kerupawanannya, kelembutannya & kehangatannya—sungguh, bagaimana aku bisa bersyukur bisa memiliki suami seperti itu!... dipanggil dengan panggilan yang penuh kasih sayang, yang belum pernah aku dengar diucapkan untukku sebelumnya—adalah kebahagiaan yang tak terbayangkan! Oh! Ini adalah hari paling bahagia dalam hidupku![56]

Albert menjadi penasihat politik penting sekaligus pendamping Ratu, menggantikan peran Melbourne sebagai sosok yang paling berpengaruh baginya.[57] Ibu Victoria diusir dari istana dan diizinkan tinggal di Ingestre House di Belgrave Square. Setelah kematian bibi Victoria, Putri Augusta, pada tahun 1840, ibu Victoria diberi Clarence House dan Frogmore House.[58] Berkat mediasi Albert, hubungan antara ibu dan anak tersebut perlahan membaik.[59]

Paruh pemerintahan

sunting

Upaya pembunuhan dan hubungan dengan Prancis

sunting
 
Gambar kontemporer upaya Edward Oxford membunuh Victoria, 1840

Sewaktu kehamilan pertama Victoria pada bulan-bulan awal pernikahannya tahun 1840, Edward Oxford yang berusia 18 tahun mencoba membunuhnya saat ia tengah berada di dalam kereta bersama Pangeran Albert dalam perjalanan mengunjungi ibunya. Oxford menembakkan pistol dua kali, tetapi kedua pelurunya meleset atau, seperti yang kelak diakuinya, pistolnya sama sekali tidak berisi peluru.[60] Oxford diadili atas tuduhan makar, kemudian dinyatakan tidak bersalah atas alasan kegilaan. Ia dikirim ke rumah sakit jiwa tanpa batas waktu, dan akhirnya dibuang ke Australia.[61] Setelah penyerangan tersebut, kemasyhuran Victoria melambung pesat, meredakan ketidakpuasan masyarakat atas skandal Hastings dan krisis kamar tidur.[62] Putrinya, yang juga diberi nama Victoria, lahir pada 21 November 1840. Ratu Victoria membenci kehamilan,[63] ia merasa risi saat menyusui,[64] dan menganggap bayi yang baru lahir buruk rupa.[65] Meskipun demikian, dalam tujuh belas tahun berikutnya, ia dan Albert dikaruniai delapan anak lagi, yakni Albert Edward, Alice, Alfred, Helena, Louise, Arthur, Leopold, dan Beatrice.[66]

Urusan rumah tangganya kebanyakan dikelola oleh pengasuh masa kecil Victoria, Baron Wanita Louise Lehzen dari Hanover. Lehzen adalah sosok yang berpengaruh dalam membentuk kepribadian Victoria[67] dan turut mendukungnya melawan Sistem Kensington.[68] Namun, Albert menganggap Lehzen tidak kompeten dan ketidakcakapannya mengancam kesehatan putrinya, Victoria. Setelah bertengkar sengit dengan Victoria mengenai masalah ini, ia dipensiunkan pada tahun 1842, dan hubungan dekat Lehzen dengan Victoria berakhir.[69]

Pada tanggal 29 Mei 1842, Victoria sedang menaiki kereta kencana di sepanjang The Mall, London, ketika John Francis mengarahkan pistol padanya, tetapi pistol tersebut tidak meletus. Sang penyerang melarikan diri. Esoknya, Victoria sengaja mengambil rute yang sama, meskipun bergerak lebih cepat dan dengan pengawalan yang lebih ketat, dalam upaya memancing Francis untuk menembak lagi dan menangkapnya saat beraksi. Seperti yang diharapkan, Francis hendak menembaknya, tetapi ia ditangkap oleh polisi berpakaian preman dan dihukum atas tuduhan makar. Pada tanggal 3 Juli, dua hari setelah hukuman mati Francis diubah menjadi dibuang seumur hidup, John William Bean juga berupaya menembakkan pistol ke arah Victoria, tetapi pistol tersebut hanya berisi kertas dan tembakau dan tiada peluru.[70] Edward Oxford menduga bahwa upaya-upaya tersebut dipicu oleh pembebasannya pada tahun 1840. Bean dijatuhi hukuman 18 bulan penjara.[71] Dalam serangan serupa pada tahun 1849, seorang warga Irlandia pengangguran bernama William Hamilton menembakkan pistol berisi mesiu ke arah kereta Victoria saat ia melintasi Constitution Hill, London.[72] Pada tahun 1850, Victoria mengalami cedera ketika ia diserang oleh Robert Pate, seorang mantan tentara yang diduga gila. Saat Victoria tengah berada di dalam kereta, Pate memukulnya dengan tongkatnya, merusak topi bonetnya dan mememarkan dahinya. Hamilton dan Pate sama-sama dijatuhi hukuman buang selama tujuh tahun.[73]

 
Lukisan oleh Franz Xaver Winterhalter, 1843

Dukungan untuk Melbourne di Dewan Rakyat melemah semasa tahun-tahun awal pemerintahan Victoria, dan dalam pemilihan umum 1841, Whig dikalahkan. Peel menjadi perdana menteri, dan para perwara Victoria yang terpaut dengan Whig diganti.[74]

 
Foto paling awal Ratu Victoria yang diketahui, bersama putri sulungnya, Putri Victoria, kira-kira tahun 1845.[75]

Pada tahun 1845, Irlandia dilanda hawar kentang.[76] Dalam kurun empat tahun, lebih dari satu juta rakyat Irlandia tewas dan satu juta lainnya beremigrasi. Musibah ini dikenal dengan Kelaparan Besar.[77] Di Irlandia, Victoria dijuluki "Ratu Kelaparan".[78][79] Pada bulan Januari 1847, Victoria menyumbangkan kekayaan pribadinya sebesar £2.000 (kira-kira setara dengan £230.000 dan £8,5 juta pada tahun 2022)[80] kepada British Relief Association, lebih banyak daripada sumbangan kelaparan yang diberikan oleh individu lainnya.[81] Ia juga mendukung pemberian Hibah Maynooth untuk seminari Katolik Roma di Irlandia, meskipun muncul penentangan dari Protestan Inggris.[82] Kabar bahwa ia hanya menyumbang sebesar £5 untuk membantu Irlandia dan menyumbang dengan jumlah yang sama kepada Penampungan Kucing dan Anjing Battersea hanyalah mitos yang disebarkan menjelang akhir abad ke-19.[83]

Pada tahun 1846, pemerintahan Peel menghadapi krisis setelah dicabutnya Undang-Undang Jagung. Kebanyakan politikus Tory, yang saat itu juga dikenal dengan golongan Konservatif, menentang pencabutan undang-undang tersebut, tetapi Peel, sejumlah politikus Tory (kaum konservatif liberal yang berorientasi pada perdagangan bebas), sebagian besar politikus Whig, dan Ratu Victoria, mendukung pencabutan undang-undang tersebut. Peel mundur pada tahun 1846, setelah pencabutannya disetujui dengan selisih suara tipis, dan digantikan oleh Lord John Russell.[84]

Perdana menteri Britania Raya era Victoria
Tahun Perdana Menteri (partai)
1835 Viscount Melbourne (Whig)
1841 Sir Robert Peel (Konservatif)
1846 Lord John Russell (Whig)
1852 (Februari) Earl Derby (Konservatif)
1852 (Desember) Earl Aberdeen (Peelite)
1855 Viscount Palmerston (Liberal)
1858 Earl Derby (Konservatif)
1859 Viscount Palmerston (Liberal)
1865 Earl Russell, Lord John Russell (Liberal)
1866 Earl Derby (Konservatif)
1868 (Februari) Benjamin Disraeli (Konservatif)
1868 (Desember) William Gladstone (Liberal)
1874 Benjamin Disraeli, Lord Beaconsfield (Konservatif)
1880 William Gladstone (Liberal)
1885 Marquess Salisbury (Konservatif)
1886 (Februari) William Gladstone (Liberal)
1886 (Juli) Marquess Salisbury (Konservatif)
1892 William Gladstone (Liberal)
1894 Earl Rosebery (Liberal)
1895 Marquess Salisbury (Konservatif)
Lihat Daftar perdana menteri Ratu Victoria
untuk rincian perdana menteri Britania dan luar negeri.

Dalam dunia internasional, Victoria sangat menaruh minat pada perbaikan hubungan antara Prancis dan Britania Raya.[85] Ia menjadi tuan rumah sejumlah kunjungan antara keluarga kerajaan Britania dan Wangsa Orleans, yang saling berkerabat melalui pernikahan dengan keluarga Coburg. Pada tahun 1843 dan 1845, ia dan Albert menginap bersama Raja Louis Philippe I di Château d'Eu, Normandia. Ia adalah penguasa Inggris atau Britania pertama yang mengunjungi penguasa Prancis sejak pertemuan Henry VIII dari Inggris dan Francis I dari Prancis dalam Field of the Cloth of Gold pada tahun 1520.[86] Kala Louis Philippe melakukan kunjungan balik pada tahun 1844, ia menjadi penguasa Prancis pertama yang mengunjungi penguasa Britania Raya.[87] Louis Philippe digulingkan dalam revolusi 1848 dan melarikan diri ke Inggris.[88] Di puncak kekhawatiran akan terjadinya revolusi di Britania Raya pada bulan April 1848, demi alasan keamanan Victoria dan keluarganya mengungsi dari London ke Osborne House,[89] kediaman pribadi di Pulau Wight yang mereka beli pada tahun 1845 dan dikembangkan kembali.[90] Aksi unjuk rasa oleh kaum Chartis dan nasionalis Irlandia gagal menarik dukungan rakyat, dan kekhawatiran tersebut sirna tanpa adanya insiden besar.[91] Kunjungan pertama Victoria ke Irlandia pada tahun 1849 terbilang sukses, tetapi tidak memiliki dampak atau pengaruh yang bertahan lama terhadap pertumbuhan nasionalisme Irlandia.[92]

Meskipun pemerintahan Russell dikuasai partai Whig, Victoria tidak menyukainya.[93] Ia merasa sangat tersinggung ketika Menteri Luar Negeri, Lord Palmerston, sering bertindak tanpa berkonsultasi dengan Kabinet, Perdana Menteri, atau Ratu.[94] Victoria mengeluh kepada Russell bahwa Palmerston mengirimkan surat resmi kepada para pemimpin asing tanpa sepengetahuannya. Meski demikian, Palmerston tetap menjabat dan terus bertindak atas kemauannya sendiri, walaupun sudah ditegur berulang kali. Barulah pada tahun 1851 Palmerston dicopot sebagai menteri setelah ia mengumumkan persetujuan Britania atas kudeta Presiden Louis-Napoleon Bonaparte di Prancis tanpa berkonsultasi dengan Perdana Menteri.[95] Setahun kemudian, Presiden Bonaparte ditahbiskan sebagai Kaisar Napoleon III, dan pada saat itu pemerintahan Russell telah digantikan oleh pemerintahan minoritas berumur pendek yang dipimpin oleh Lord Derby.[96]

 
Albert, Victoria dan kesembilan anak mereka, 1857. Dari kiri ke kanan: Alice, Arthur, Pangeran Albert, Albert Edward, Leopold, Louise, Ratu Victoria dan Beatrice, Alfred, Victoria, dan Helena

Pada tahun 1853, Victoria melahirkan anak kedelapannya, Leopold, dengan bantuan obat anestesia baru, kloroform. Ia sangat terkesan akan khasiatnya yang mampu meniadakan rasa sakit persalinan, sehingga ia kembali menggunakannya pada tahun 1857 saat melahirkan anak kesembilan dan terakhirnya, Beatrice, meski ada penolakan dari para klerus, yang menganggapnya bertentangan dengan Alkitabiah, serta ketidaksetujuan dari kalangan medis, yang menganggapnya berbahaya.[97] Victoria diduga mengalami depresi pascapersalinan setelah melalui banyak kehamilan.[66] Surat-surat dari Albert kepada istrinya sesekali mengeluhkan mengenai hilangnya pengendalian diri Victoria. Misalnya, kira-kira sebulan setelah kelahiran Leopold, Albert mengeluh dalam sebuah surat kepada Victoria soal dirinya yang "terus-menerus histeris" atas "masalah sepele yang tak penting".[98]

Pada awal 1855, pemerintahan Lord Aberdeen, yang menggantikan Derby, dikecam karena dituduh mengorganisir pasukan Britania dalam Perang Krimea secara buruk. Victoria membujuk Derby dan Russell untuk menduduki kursi perdana menteri, tetapi tidak memiliki cukup dukungan, sehingga akhirnya Victoria terpaksa menunjuk Palmerston sebagai perdana menteri.[99]

Napoleon III, sekutu terdekat Britania Raya semasa Perang Krimea,[66] mengunjungi London pada bulan April 1855, dan dari tanggal 17 sampai 28 Agustus pada tahun yang sama, Victoria dan Albert balik mengunjunginya di Prancis.[100] Napoleon III menemui pasangan tersebut di Boulogne dan menemani mereka ke Paris.[101] Di Paris, mereka mengunjungi Exposition Universelle (penerus pameran besar Albert 1851) dan makam Napoleon I di Les Invalides (jasadnya baru saja dikembalikan pada tahun 1840), serta menjadi tamu kehormatan di pesta dansa yang dihadiri 1.200 tamu di Istana Versailles.[102] Ia menjadi penguasa Britania pertama yang mengunjungi Paris dalam 400 tahun terakhir.[103]

 
Lukisan karya Winterhalter, 1859

Pada tanggal 14 Januari 1858, seorang pengungsi Italia dari Inggris bernama Felice Orsini berupaya membunuh Napoleon III dengan sebuah bom yang dibuat di Inggris.[104] Krisis diplomatik yang terjadi mengguncang pemerintahan, dan Palmerston mengundurkan diri. Derby diangkat kembali sebagai perdana menteri.[105] Victoria dan Albert menghadiri pembukaan basin baru di pelabuhan militer Prancis di Cherbourg pada tanggal 5 Agustus 1858, sebagai bagian dari upaya Napoleon III untuk meyakinkan Britania bahwa sasaran militernya diarahkan ke wilayah lain. Sekembalinya ke London, Victoria menegur Derby karena kondisi Angkatan Laut Kerajaan yang jauh tertinggal dibandingkan dengan Angkatan Laut Prancis.[106] Pemerintahan Derby tidak bertahan lama, dan pada bulan Juni 1859, Victoria kembali memanggil Palmerston ke Westminster.[107]

Sebelas hari setelah upaya pembunuhan Napoleon III oleh Orsini di Prancis, putri sulung Victoria dipersunting oleh Pangeran Frederick William dari Prusia di London. Keduanya telah bertunangan sejak bulan September 1855 ketika Putri Victoria berusia 14 tahun. Pernikahan mereka ditunda oleh Ratu dan Pangeran Albert sampai pengantin perempuan berusia 17 tahun.[108] Victoria dan Albert berharap putri dan menantunya akan membawa pengaruh liberal di negara Prusia yang semakin berkembang.[109] Ratu Victoria merasa pilu melihat putrinya bertolak dari Inggris ke Jerman, "benar-benar membuatku bergidik," tulisnya kepada Putri Victoria dalam salah satu dari sekian banyak suratnya, "ketika aku melihat sekeliling pada semua adik-adik perempuanmu yang manis, bahagia, polos, dan berpikir suatu saat aku harus merelakan mereka juga, satu per satu."[110] Nyaris setahun kemudian, Putri Victoria melahirkan cucu pertama Ratu, Wilhelm, yang kelak menjadi Kaisar Jerman terakhir.[66]

Menjanda dan pengucilan

sunting
 
Foto oleh J. J. E. Mayall, 1860

Pada bulan Maret 1861, ibunda Victoria meninggal dunia, didampingi oleh Victoria di sisinya. Setelah membaca surat-surat ibunya, Victoria mengetahui bahwa ibunya amat mencintainya.[111] Victoria merasa sangat terpukul, ia menyalahkan Conroy dan Lehzen atas buruknya hubungan antara dirinya dengan ibunya.[112] Untuk meringankan kekhawatiran dan kedukaan istrinya,[113] Albert mengambil alih sebagian besar tugas Victoria, meskipun ia sendiri tengah mengidap penyakit lambung kronis.[114] Pada bulan Agustus, Victoria dan Albert mengunjungi putra mereka, Albert Edward, Pangeran Wales, yang sedang mengikuti pelatihan militer di Dublin, dan menghabiskan waktu berlibur beberapa hari di Killarney, Irlandia. Pada bulan November, Albert mengetahui desas-desus bahwa putranya memadu kasih dengan seorang aktris Irlandia.[115] Albert terguncang atas kabar tersebut, dan ia berangkat ke Cambridge, tempat putranya sedang menempuh pendidikan, untuk menginterogasinya.[116]

Pada awal Desember, kondisi kesehatan Albert memburuk. Ia didiagnosis mengidap demam tifoid oleh William Jenner, dan tutup usia pada tanggal 14 Desember 1861.[117] Victoria hancur.[118] Ia menyalahkan skandal tercela Pangeran Wales sebagai penyebab kematian suaminya. Albert "dibunuh oleh perkara mengerikan itu," ujarnya.[119] Victoria menjalani masa perkabungan dan mengenakan pakaian hitam di sepanjang sisa hidupnya. Ia menghindari tampil di depan umum dan jarang mengunjungi London bertahun-tahun setelahnya.[120] Pengucilan diri tersebut membuatnya dijuluki "janda Windsor".[121] Berat badannya naik karena makan berlebihan, yang makin memperkuat alasannya untuk tidak tampil di depan khalayak.[122]

Pengucilan diri Victoria dari muka umum mengurangi kemasyhuran monarki dan mendorong pertumbuhan gerakan republikan.[123] Ia tetap menunaikan tugas-tugas resmi kenegaraan, tetapi memilih untuk terus mengucilkan diri di sejumlah kediaman kerajaan, di antaranya Kastel Windsor, Osborne House, dan Kastel Balmoral, kediaman pribadinya di Skotlandia yang dibelinya bersama Albert pada tahun 1847. Pada bulan Maret 1864, seorang pengunjuk rasa menempelkan pemberitahuan di pagar Istana Buckingham, yang mengumumkan "rumah besar ini disewakan atau dijual karena bisnis bekas penghuninya memburuk."[124] Paman Victoria, Leopold, menulis surat padanya untuk menasihatinya agar muncul di muka umum. Victoria setuju untuk mengunjungi taman Royal Horticultural Society di Kensington dan berangkat ke London dengan kereta kencana terbuka.[125]

 
Bersama John Brown di Balmoral, 1863. Foto oleh G. W. Wilson

Sepanjang tahun 1860-an, Victoria menjalin kedekatan dengan seorang pelayan laki-laki asal Skotlandia bernama John Brown.[126] Kabar burung mengenai hubungan asmara bahkan pernikahan rahasia diberitakan oleh media, dan beberapa di antaranya menyebut Sri Ratu dengan panggilan "Mrs. Brown".[127] Kisah hubungan mereka menjadi tema film tahun 1997 berjudul Mrs. Brown. Sebuah lukisan karya Sir Edwin Henry Landseer yang mempertunjukkan Ratu Victoria dengan Brown dipamerkan di Royal Academy, dan Victoria menulis sebuah buku berjudul Leaves from the Journal of Our Life in the Highlands, yang menampilkan karakter Brown secara menonjol dan sangat dipuja oleh Ratu.[128]

Palmerston wafat pada tahun 1865, dan setelah Russell membentuk sebuah pemerintahan berumur singkat, Derby kembali berkuasa. Pada 1866, Victoria menghadiri Upacara Pembukaan Parlemen untuk pertama kalinya sejak kematian Albert.[129] Setahun kemudian, ia mendukung disahkannya Undang-Undang Reformasi 1867 yang menggandakan jumlah pemilih tetap dengan memperluas hak pilih bagi para pekerja perkotaan,[130] meskipun ia tidak menyetujui pemberian hak pilih bagi perempuan.[131] Derby mengundurkan diri pada tahun 1868 dan digantikan oleh Benjamin Disraeli, yang cukup disukai oleh Victoria. "Semua orang menyukai pujian," kata Disraeli, "dan ketika Anda berurusan dengan kerajaan, Anda harus memberikan [pujian]nya dengan sekop."[132][133] Masa jabatan Disraeli hanya berlangsung beberapa bulan, dan pada akhir tahun, saingan Liberalnya, William Ewart Gladstone, diangkat menjadi perdana menteri. Victoria tidak menyukai tutur sikap Gladstone. Ketika Gladstone berbicara padanya, ia seolah-olah sedang "mengeluh di hadapan rapat umum, bukannya di hadapan seorang perempuan".[134]

Pada tahun 1870, sentimen republikan di Britania Raya meningkat setelah pendirian Republik Prancis Ketiga, yang makin diperkuat oleh pengucilan diri Ratu Vitoria.[135] Unjuk rasa pendukung republik di Alun-Alun Trafalgar menuntut penggulingan Victoria, dan Anggota Parlemen Radikal berpidato menentang dirinya.[136] Pada bulan Agustus dan September 1871, Victoria sakit parah dan sekujur lengannya ditumbuhi bisul. Joseph Lister berhasil mengobatinya dengan semprotan antiseptik asam karbolat yang baru ditemukannya.[137] Pada akhir November 1871, saat pergolakan republikan makin meningkat, Pangeran Wales terserang demam tifoid, penyakit yang diduga telah menyebabkan ayahnya wafat, dan Victoria ketakutan bahwa putranya akan tiada.[138] Di kala peringatan sepuluh tahun kematian suaminya makin dekat, kondisi putranya tidak kunjung membaik, dan kecemasan Victoria terus berlanjut.[139] Ketakutan Victoria sirna ketika Pangeran Wales akhirnya pulih.[140] Ibu dan anak tersebut menghadiri arak-arakan umum di London dan memanjatkan ibadah syukur di Katedral St. Paul pada tanggal 27 Februari 1872, dan semangat republikan perlahan mereda.[141]

Pada akhir Februari 1872, dua hari setelah ibadah pengucapan syukur, Arthur O'Connor yang berusia 17 tahun, keponakan jauh Anggota Parlemen Irlandia, Feargus O'Connor, melambaikan pistol kosong ke kereta terbuka yang ditumpangi Victoria tak lama setelah ia tiba di Istana Buckingham. Brown, yang sedang mendampingi Ratu, berhasil menangkap O'Connor. Ia kemudian dihukum cambuk dan dipenjara selama 12 bulan.[142][143] Akibat kejadian tersebut, kemasyhuran Victoria kembali membaik.[144]

Maharani India

sunting

Selepas Pemberontakan India 1857, Perusahaan Hindia Timur Britania yang menguasai sebagian besar India dibubarkan, dan wilayah serta protektorat Britania di anak benua India secara resmi tergabung ke dalam Imperium Britania. Ratu Victoria punya pandangan yang berimbang sehubungan dengan konflik tersebut, dan mengutuk kekejian yang dilakukan oleh kedua belah pihak.[145] Ia mengungkapkan "perasaan ngeri dan prihatinnya atas akibat perang saudara berdarah tersebut,"[146] dan atas dorongan dari Albert, ia mendesak agar proklamasi resmi yang mengumumkan pemindahan kekuasaan dari perusahaan kepada negara "harus mencerminkan perasaan kemurahan hati, kebajikan, dan toleransi beragama."[147] Atas sarannya, pernyataan proklamasi yang mengancam "merongrong agama dan adat istiadat pribumi" digantikan oleh pernyataan yang menjamin kebebasan beragama.[147]

 
Victoria mengagumi lukisan dirinya yang dibuat oleh Heinrich von Angeli pada tahun 1875 atas "kejujurannya, tanpa berniat menyanjung, dan menghargai karakternya".[148]

Sesudah pemilihan umum 1874, Disraeli kembali berkuasa. Ia mengesahkan Undang-Undang Pengaturan Ibadah Umum 1874, yang menghapus ritual peribadatan Katolik dari liturgi Anglikan, yang sangat didukung oleh Victoria.[149] Ia lebih menyukai ibadah yang singkat dan sederhana, dan secara pribadi menganggap dirinya lebih sejalan dengan Gereja Skotlandia presbiterian daripada Gereja Inggris yang episkopal.[150] Disraeli juga mendorong pengesahan Undang-Undang Gelar Kerajaan 1876 di Parlemen, sehingga Victoria memakai gelar "Maharani India" mulai 1 Mei 1876.[151] Gelar baru tersebut dimaklumatkan di Durbar Delhi pada tanggal 1 Januari 1877.[152]

Pada tanggal 14 Desember 1878, bertepatan dengan hari peringatan kematian Albert, putri kedua Victoria, Alice, yang menikah dengan Louis dari Hesse, meninggal dunia akibat difteri di Darmstadt. Victoria menyadari kebetulan tanggal tersebut adalah hal yang "hampir tidak bisa dipercaya dan sangat misterius".[153] Pada bulan Mei 1879, ia menjadi seorang buyut (dengan lahirnya Putri Feodora dari Saxe-Meiningen) dan merayakan "ulang tahun ke-60 yang menyedihkan". Ia merasa "uzur" karena telah "kehilangan anak tercinta".[154]

Perluasan Imperium Britania

sunting

Antara bulan April 1877 dan Februari 1878, ia lima kali mengancam akan turun takhta sembari memaksa Disraeli untuk turut serta melawan Rusia dalam Perang Rusia-Turki, tetapi ancamannya tidak memengaruhi perang atau hasil Kongres Berlin.[155] Kebijakan luar negeri ekspansionis Disraeli, yang didukung oleh Victoria, menimbulkan sejumlah konflik seperti Perang Inggris-Zulu dan Perang Inggris-Afganistan Kedua. Victoria menulis, "Jika kita ingin mempertahankan posisi kita sebagai kekuatan kelas satu, kita harus bersiap untuk menyerang dan berperang, di suatu tempat atau lainnya, secara berkelanjutan".[154] Victoria memandang perluasan Imperium Britania seyogianya dilakukan melalui proses yang beradab dan damai, melindungi penduduk asli dari kekuatan yang lebih beringas atau penguasa yang zalim: "Bukan kebiasaan kita untuk mencaplok negara lain", ujarnya, "kecuali kita terpaksa dan dipaksa untuk melakukannya".[156] Di luar harapan Victoria, Disraeli kalah dalam pemilihan umum 1880, dan Gladstone kembali menjadi perdana menteri.[157] Ketika Disraeli wafat setahun kemudian, Victoria sangat berduka,[158] dan ia mendirikan sebuah tugu peringatan yang "dibangun oleh Penguasa dan Teman yang berterima kasih, Victoria R.I."[159]

 
Koin farthing Victoria, 1884

Pada 2 Maret 1882, Roderick Maclean, seorang penyair yang dendam karena Victoria menolak menerima salah satu puisinya,[160] menembak Sri Ratu saat keretanya hendak berangkat dari stasiun kereta api Windsor. Gordon Chesney Wilson dan seorang siswa Eton College memukulnya dengan payung, sampai ia diamankan oleh polisi.[161] Victoria berang ketika mengetahui penyerangnya dinyatakan tidak bersalah karena alasan kegilaan,[162] tetapi ia merasa senang karena banyaknya ungkapan kesetiaan yang diterimanya selepas penyerangan tersebut, yang menurutnya "layak ditembak untuk mengetahui seberapa dicintainya seseorang".[163]

Pada 17 Maret 1883, Victoria jatuh dari tangga di Windsor, yang membuatnya pincang hingga bulan Juli. Ia tidak pernah benar-benar pulih dan tidak lama berselang juga terserang rematik.[164] John Brown wafat 10 hari setelah ia jatuh, dan Victoria mulai menulis sebuah biografi eulogi mengenai Brown, yang membuat sekretaris pribadinya, Sir Henry Ponsonby, khawatir.[165] Ponsonby dan Randall Davidson, Dekan Windsor, yang telah membaca naskah awal biografi tersebut, menyarankan agar Victoria tidak menerbitkannya karena akan memicu rumor mengenai hubungan cintanya dengan Brown.[166] Naskah tersebut akhirnya dihancurkan.[167] Pada awal 1884, Victoria menerbitkan More Leaves from a Journal of a Life in the Highlands, kelanjutan buku sebelumnya yang ia persembahkan untuk "pelayan pribadi yang berbakti dan teman setia John Brown".[168] Setahun kemudian, Victoria diberitahu melalui telegram bahwa putra bungsunya, Leopold, telah meninggal dunia di Cannes. Ia sangat terpukul, karena Leopold adalah putra yang paling disayanginya.[169] Sebulan kemudian, putri bungsu Victoria, Beatrice, jatuh cinta pada Pangeran Henry dari Battenberg. Keduanya bertemu pada acara pernikahan cucu Victoria, Putri Victoria dari Hesse dan Rhine dengan kakak Henry, Pangeran Louis dari Battenberg. Beatrice dan Henry berencana menikah, tetapi Victoria menentang pernikahan tersebut karena ia mau Beatrice tetap di rumah untuk menjaga dan menemaninya. Satu tahun kemudian, ia akhirnya menyetujui pernikahan tersebut dengan syarat mereka berdua harus tinggal bersamanya di Inggris untuk merawatnya.[170]

 
Perluasan Imperium Britania pada tahun 1898

Victoria senang ketika Gladstone mengundurkan diri pada tahun 1885 setelah rancangan anggarannya ditolak.[171] Ia berpendapat pemerintahan Gladstone adalah pemerintahan "terburuk yang pernah kumiliki", dan menyalahkan Gladstone atas tewasnya Jenderal Gordon dalam Pengepungan Khartoum.[172] Gladstone digantikan oleh Lord Salisbury. Namun, pemerintahan Salisbury hanya bertahan enam bulan, dan Victoria terpaksa memanggil kembali Gladstone, yang ia sebut dengan "pria tua setengah gila dan benar-benar konyol".[173] Gladstone berupaya mengesahkan RUU pemerintahan mandiri Irlandia, tetapi ditolak.[174] Dalam pemilihan umum berikutnya, partai pengusung Gladstone dikalahkan oleh partai Salisbury dan pemerintahan berganti lagi.[175]

Yubileum Emas dan Berlian

sunting
 
Victoria bersama Munsyi Abdul Karim

Pada tahun 1887, Imperium Britania memperingati Yubileum Emas Victoria. Sri Ratu merayakan ulang tahun kelimapuluh penobatannya pada tanggal 20 Juni dengan menggelar perjamuan yang mengundang 50 raja dan pangeran. Keesokan harinya, ia mengikuti arak-arakan khidmat dan menghadiri ibadat kebaktian syukur di Westminster Abbey.[176] Selepas itu, kemasyhuran Victoria kembali melambung.[177] Dua hari kemudian, pada tanggal 23 Juni,[178] ia mempekerjakan dua Muslim India sebagai pelayan, salah satunya adalah Abdul Karim. Victoria kemudian mengangkat Karim sebagai "Munsyi". Karim mengajarinya bahasa Urdu dan bertindak sebagai juru tulis.[179][180][181] Keluarga dan para perwaranya menentang kedekatannya dengan sang Munsyi, menuduh Abdul Karim sebagai mata-mata Liga Patriotik Muslim dan memengaruhi Ratu untuk membenci Hindu.[182] Equerry Frederick Ponsonby (putra Sir Henry) mengetahui bahwa Karim telah berbohong mengenai asal-usulnya, dan melaporkannya kepada Lord Elgin, Gubernur Jenderal India. Ia menuding "sang Munsyi mengincar posisi sama seperti yang ditempati oleh John Brown."[183] Victoria mengabaikan keluhan tersebut dan menganggapnya prasangka rasial.[184] Abdul Karim tetap menjadi pelayan Victoria sampai ia kembali ke India selepas kematian Sri Ratu.[185]

Putri sulung Victoria menjadi permaisuri Jerman pada tahun 1888, tetapi suaminya mangkat tiga bulan kemudian, dan cucu tertua Victoria menjadi Kaisar Jerman dengan nama Wilhelm II. Harapan Victoria dan Albert agar Jerman menjadi negara liberal tidak terwujud, karena Wilhelm adalah penganut autokrasi yang kuat. Victoria menganggap bahwa Wilhelm "tidak punya hati atau taktik, nurani dan kecerdasannya telah teramat menyimpang."[186]

Gladstone kembali berkuasa setelah pemilihan umum 1892 ketika menginjak usia 82 tahun. Victoria keberatan ketika Gladstone mengusulkan dimasukkannya Anggota Parlemen Radikal Henry Labouchère ke dalam Kabinet.[187] Pada tahun 1894, Gladstone pensiun, dan tanpa berkonsultasi dengannya, Victoria menunjuk Lord Rosebery sebagai perdana menteri.[188] Pemerintahan Rosebery lemah, dan setahun kemudian Lord Salisbury menggantikannya. Salisbury tetap menjadi perdana menteri sepanjang sisa masa pemerintahan Victoria.[189]

 
Foto resmi Yubileum Berlian Victoria oleh W. & D. Downey

Pada tanggal 23 September 1896, Victoria melampaui kakeknya George III sebagai penguasa monarki yang paling lama berkuasa dalam sejarah Britania Raya. Victoria meminta agar seluruh perayaan ditunda sampai tahun 1897, yang bertepatan dengan Yubileum Berliannya.[190] Peringatan Yubileumnya diperingati di seluruh penjuru Imperium Britania atas usulan Sekretaris Koloni, Joseph Chamberlain.[191] Perdana menteri dari segenap Dominion yang berpemerintahan sendiri diundang ke London untuk memperingati perayaan tersebut.[192] Salah satu alasan kenapa ia hanya mengundang perdana menteri dari Dominion Britania, dan tidak mengundang kepala negara asing lainnya, adalah untuk menghindari keharusannya mengundang cucu Victoria, Wilhelm II, yang dikhawatirkan bisa menimbulkan gejolak.[193]

Arak-arakan khidmat Yubileum Berlian Sri Ratu pada tanggal 22 Juni 1897 menempuh rute sepanjang 10 kilometer melintasi London dan diiringi oleh pasukan dari seluruh imperium. Arak-arakan berhenti sebentar untuk mengikuti kebaktian syukur terbuka yang digelar di halaman Katedral St. Paul. Victoria duduk di dalam kereta kencana terbuka supaya ia tidak harus menaiki tangga untuk masuk ke dalam gedung. Perayaan tersebut disemarakkan oleh kerumunan besar khalayak dan luapan kasih sayang luar biasa untuk Ratu Victoria yang berusia 78 tahun.[194]

Memburuknya kesehatan dan kematian

sunting
Ratu Victoria di Dublin, 1900

Victoria secara rutin berlibur ke daratan Eropa. Pada tahun 1889, semasa tinggal di Biarritz, ia menjadi penguasa Britania pertama yang mengunjungi Spanyol, meskipun hanya melintasi perbatasan sebentar.[195] Pada bulan April 1900, Perang Boer kurang mendapat dukungan di daratan Eropa sehingga perjalanan tahunan Victoria ke Prancis dianggap tidak bijaksana. Sebagai gantinya, Victoria mengunjungi Irlandia untuk pertama kalinya sejak 1861, yang juga bertujuan untuk mengakui sumbangsih tentara Irlandia dalam perang di Afrika Selatan.[196]

 
Lukisan oleh Heinrich von Angeli, 1899

Pada bulan Juli 1900, putra kedua Victoria, Alfred, meninggal dunia. "Oh, Tuhan! Affie kesayanganku yang malang juga telah tiada," tulisnya di jurnalnya. "Ini tahun yang mengerikan, tak ada apapun selain kesedihan dan kengerian yang bermacam macam."[197]

Sesuai kebiasaan yang ia pertahankan semasa ia menjanda, Victoria menghabiskan Natal tahun 1900 di Osborne House di Pulau Wight. Rematik di kakinya membuatnya lumpuh, dan penglihatannya kabur karena katarak.[198] Pada awal Januari, Victoria merasa "lemah dan tidak sehat",[199] dan pada pertengahan Januari ia kerap merasa "mengantuk, linglung, dan bingung".[200] Anjing Pomerania kesayangannya, Turi, dibaringkan di tempat tidurnya sebagai permintaan terakhirnya.[201] Victoria tutup usia pada pukul 6.30 malam tanggal 22 Januari 1901 pada usia 81 tahun, di dampingi oleh putra sulungnya, Albert Edward, dan cucunya, Wilhelm II. Albert Edward kemudian naik takhta dengan nama penguasa Edward VII.[202]

 
Poster yang menyatakan hari berkabung di Toronto pada hari pemakaman Victoria.

Pada tahun 1897, Victoria telah menuliskan amanat mengenai tata cara pemakamannya, yang harus bersifat militer sesuai dengan statusnya sebagai putri seorang tentara dan kepala angkatan darat,[66] dan dipenuhi warna putih, bukannya hitam.[203] Pada tanggal 25 Januari, Edward VII dan Wilhelm II, bersama dengan Pangeran Arthur, membantu mengangkat jasadnya ke dalam peti mati.[204] Victoria mengenakan gaun putih dan selubung pernikahannya.[205] Atas permintaannya, berbagai kenang-kenangan dari keluarga besar, teman, dan dayangnya diletakkan di dalam peti mati bersamanya oleh dokter pribadi dan para pelayannya. Salah satu jubah milik Albert dihamparkan di sampingnya, beserta cetakan tangan mendiang suaminya, sedangkan seikat rambut John Brown beserta fotonya diletakkan di tangan kirinya, yang terhalang dari pandangan keluarga oleh seikat bunga yang ditaruh dengan hati-hati.[66][206] Salah satu perhiasan yang disertakan dalam peti mati Victoria adalah cincin kawin milik ibu Brown, yang diberikan Brown kepada Victoria pada tahun 1883.[66] Upacara pemakamannya diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 2 Februari di Kapel Santo Georgius, Kastel Windsor, dan setelah disemayamkan selama dua hari, ia dimakamkan di sebelah Pangeran Albert di Royal Mausoleum, Frogmore, Windsor Great Park.[207]

Dengan masa pemerintahan selama 63 tahun, tujuh bulan, dan dua hari, Victoria adalah penguasa Britania yang paling lama berkuasa dan ratu yang paling lama berkuasa dalam sejarah dunia, sampai piutnya, Elizabeth II, melampauinya pada tanggal 9 September 2015.[208] Victoria adalah penguasa monarki Britania terakhir dari Wangsa Hanover; putranya, Edward VII, berasal dari Wangsa Saxe-Coburg dan Gotha, yang merupakan wangsa suaminya.[209]

Peninggalan

sunting

Reputasi

sunting
 
Victoria terhibur. Ungkapan "Kami tidak terhibur" dikaitkan dengan dirinya, tetapi tidak ada bukti langsung bahwa ia pernah mengucapkannya,[210] dan ia juga membantahnya.[66][211] Para staf dan keluarganya mengungkapkan bahwa Victoria "mudah terhibur dan sering kali tertawa terbahak-bahak" dalam banyak kesempatan.[212]

Menurut salah seorang penulis biografinya, Giles St Aubyn, Victoria menulis rata-rata 2.500 kata sehari pada masa dewasanya.[213] Dari bulan Juli 1832 sampai sesaat sebelum kematiannya, ia terus menulis buku harian rinci yang mencapai 122 volume.[214] Setelah kematian Victoria, putri bungsunya, Putri Beatrice, ditunjuk sebagai pemelihara karya sastra ibunya. Beatrice menyalin dan menyunting buku harian ibunya sejak waktu penobatan Victoria dan membakar naskah aslinya dalam proses tersebut.[215] Meski demikian, sebagian besar naskah asli buku harian tersebut masih ada. Selain salinan yang telah disunting oleh Beatrice, Lord Esher menyalin buku harian dari tahun 1832 sampai 1861 sebelum Beatrice membakarnya.[216] Sebagian surat-surat Victoria telah diterbitkan, yang disunting oleh A. C. Benson, Hector Bolitho, George Earle Buckle, Lord Esher, Roger Fulford, dan Richard Hough.[217]

Pada tahun-tahun terakhir menjelang akhir hayatnya, Victoria bertubuh gemuk, berpenampilan sederhana, dan tingginya kira-kira lima kaki (1,5 meter), tetapi ia mencitrakan rupa yang megah.[218] Ia tidak termasyhur semasa tahun-tahun pertamanya menjanda, tetapi ia amat disukai pada tahun 1880-an dan 1890-an, ketika ia mengibaratkan Imperium Britania sebagai sosok keibuan yang bajik.[219] Setelah buku harian dan surat-suratnya diterbitkan, pengaruh perpolitikannya diketahui oleh masyarakat umum.[66][220] Biografi Victoria yang ditulis sebelum tersedianya banyak sumber utama, seperti Queen Victoria karya Lytton Strachey pada 1921, saat ini dianggap ketinggalan zaman.[221] Biografi yang ditulis oleh Elizabeth Longford dan Cecil Woodham-Smith pada tahun 1964 dan 1972 masih sangat diapresiasi hingga kini.[222] Para penulis biografinya menyimpulkan bahwa sebagai pribadi, Victoria adalah sosok yang emosional, keras kepala, jujur, dan berbicara lugas.[223]

 
Victoria Memorial di depan Istana Buckingham dibangun satu dekade setelah kematiannya.

Melalui masa pemerintahan Victoria, pembentukan bertahap monarki konstitusional modern di Britania Raya terus berlanjut. Reformasi sistem pemilihan umum memperluas kekuasaan Dewan Rakyat dan mempersempit kekuasaan Dewan Bangsawan dan penguasa monarki.[224] Pada tahun 1867, Walter Bagehot menulis bahwa monarki hanya mempertahankan "hak untuk diajak berkonsultasi, hak untuk memberi saran, dan hak untuk memperingatkan".[225] Lantaran monarki Victoria lebih bersifat simbolis ketimbang politis, tugas monarki adalah mempertunjukkan pengamalan moralitas dan nilai-nilai keluarga yang kuat, berbeda dengan skandal seksual, keuangan, dan pribadi yang melekat dengan anggota Wangsa Hanover sebelumnya dan turut bersumbangsih dalam memperburuk citra monarki. Konsep "monarki keluarga" yang kerap dituduhkan oleh masyarakat kelas menengah menjadi makin terbukti.[226]

Keturunan dan hemofilia

sunting

Keterkaitan Victoria dengan banyak keluarga kerajaan Eropa membuatnya dijuluki "nenek Eropa".[227] Dari sekian banyak cucu Victoria dan Albert, 34 di antaranya hidup sampai dewasa.[66]

 
Victoria Memorial di Kolkata, India

Putra bungsu Victoria, Leopold, mengidap penyakit pembekuan darah hemofilia B, begitu juga dengan dua dari lima putrinya, Alice dan Beatrice, yang menjadi pembawa penyakit tersebut. Keluarga kerajaan pengidap hemofilia yang merupakan keturunan langsung Victoria di antaranya adalah para cicitnya: Alexei Nikolaevich, Tsarevich Rusia; Alfonso, Pangeran Asturia; dan Infanta Gonzalo dari Spanyol.[228] Munculnya penyakit tersebut pada keturunan Victoria, tetapi tidak pada leluhurnya, memunculkan dugaan bahwa ayah kandungnya bukanlah Adipati Kent, melainkan seorang penderita hemofilia.[229] Tidak ada bukti dokumenter mengenai penderita hemofilia yang berkerabat dengan ibu Victoria, dan karena hemofilia selalu diturunkan oleh pihak laki-laki, maka siapapun yang membawa penyakit tersebut pastilah sakit parah dahulunya.[230] Ada dugaan bahwa mutasi penyakit tersebut muncul secara spontan karena ayah Victoria berusia lebih dari 50 tahun pada saat membuahi ibunya, dan kasus hemofilia lebih sering muncul pada anak yang ayahnya sudah uzur.[231] Mutasi spontan tersebut terjadi pada sepertiga dari keseluruhan kasus hemofilia.[232]

Gelar, panggilan, penghargaan, dan lambang

sunting

Gelar dan panggilan

sunting

Pada akhir masa pemerintahannya, gelar lengkap Sri Ratu adalah: "Yang Mulia Victoria, atas Rahmat Tuhan, Ratu Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia, Pembela Iman, Maharani India".[233]

Penghargaan

sunting

Britania Raya

sunting

Luar negeri

sunting

Lambang

sunting

Sebagai penguasa monarki, Victoria menggunakan lambang kerajaan Britania Raya. Lantaran ia tidak berhak mewarisi takhta Hanover, lambangnya tidak mencantumkan simbol-simbol Hanover sebagaimana para pendahulunya. Lambang Victoria juga dipakai oleh semua penerusnya saat bertakhta.[264]

Lambang di luar Skotlandia
Lambang di Skotlandia

Keluarga

sunting
 
Keluarga Victoria pada tahun 1846 karya Franz Xaver Winterhalter.
Dari kiri ke kanan: Alfred dan Pangeran Wales; Ratu dan Pangeran Albert; Putri Alice, Helena dan Victoria
Nama Lahir Meninggal Pasangan dan anak[233][265]
Victoria,
Putri Kerajaan
21 November
1840
5 Agustus
1901
Menikah 1858 dengan Frederick, kelak Kaisar Jerman dan Raja Prusia (1831–1888);
4 putra (termasuk Wilhelm II, Kaisar Jerman), 4 putri (termasuk Ratu Sophia dari Yunani)
Edward VII 9 November
1841
6 Mei
1910
Menikah 1863 dengan Putri Alexandra dari Denmark (1844–1925);
3 putra (termasuk Raja George V dari Britania Raya), 3 putri (termasuk Ratu Maud dari Norwegia)
Putri Alice 25 April
1843
14 Desember
1878
Menikah 1862 dengan Ludwig IV dari Hessen-Darmstadt (1837–1892);
2 putra, 5 putri (termasuk Permaisuri Alexandra Feodorovna dari Rusia)
Alfred,
Adipati Saxe-Coburg
dan Gotha
6 Agustus
1844
31 Juli
1900
Menikah 1874 dengan Adipatni Agung Maria Aleksandrovna dari Rusia (1853–1920);
2 putra (1 lahir mati), 4 putri (termasuk Ratu Marie dari Rumania)
Putri Helena 25 Mei
1846
9 Juni
1923
Menikah 1866 dengan Pangeran Christian dari Schleswig-Holstein (1831–1917);
4 putra (1 lahir mati), 2 putri
Putri Louise 18 Maret
1848
3 Desember
1939
Menikah 1871 dengan John Campbell, Marquess Lorne, kelak Adipati Argyll ke-9 (1845–1914);
tidak memiliki anak
Pangeran Arthur,
Adipati Connaught
dan Strathearn
1 Mei
1850
16 Januari
1942
Menikah 1879 dengan Putri Louise Margaret dari Prusia (1860–1917);
1 putra, 2 putri (temasuk Margaret, Putri Mahkota Swedia)
Pangeran Leopold,
Adipati Albany
7 April
1853
28 Maret
1884
Menikah 1882 dengan Putri Helena dari Waldeck dan Pyrmont (1861–1922);
1 putra, 1 putri
Putri Beatrice 14 April
1857
26 Oktober
1944
Menikah 1885 dengan Pangeran Henry dari Battenberg (1858–1896);
3 putra, 1 putri (Ratu Victoria Eugenie dari Spanyol )

Silsilah

sunting

Pohon keluarga

sunting
  • Garis pinggir merah adalah penguasa monarki Britania Raya
  • Garis pinggir tebal adalah keturunan penguasa monarki Britania Raya

Catatan

sunting
  1. ^ Sebagai ratu, Victoria adalah Gubernur Tertinggi Gereja Inggris. Ia juga terhubung dengan Gereja Skotlandia.
  2. ^ Wali baptisnya adalah Tsar Alexander I dari Rusia (diwakili oleh pamannya Frederick, Adipati York), pamannya George, Pangeran Regen, bibinya Ratu Charlotte dari Württemberg (diwakili oleh bibi Victoria Putri Augusta) dan nenek Victoria dari pihak ibu, Countess Augusta Reuss dari Ebersdorf (diwakili oleh bibinya, Putri Mary, Adipatni Gloucester dan Edinburgh).
  3. ^ Sesuai pasal 2 Undang-Undang Regensi 1830, proklamasi Dewan Kenaikan menyatakan Victoria sebagai penerus Raja "dengan mempertahankan hak-hak keturunan mendiang Yang Mulia Raja William Keempat yang mungkin ditanggung oleh mendiang Yang Mulia Permaisuri". "No. 19509", The London Gazette, 20 Juni 1837, hlm. 1581 

Referensi

sunting

Kutipan

sunting
  1. ^ Hibbert 2000, hlm. 3–12; Strachey 1921, hlm. 1–17; Woodham-Smith 1972, hlm. 15–29.
  2. ^ Hibbert 2000, hlm. 12–13; Longford 1964, hlm. 23; Woodham-Smith 1972, hlm. 34–35.
  3. ^ Longford 1964, hlm. 24.
  4. ^ Worsley 2018, hlm. 41.
  5. ^ Hibbert 2000, hlm. 31; St. Aubyn 1991, hlm. 26; Woodham-Smith 1972, hlm. 81.
  6. ^ Hibbert 2000, hlm. 46; Longford 1964, hlm. 54; St. Aubyn 1991, hlm. 50; Waller 2006, hlm. 344; Woodham-Smith 1972, hlm. 126.
  7. ^ Hibbert 2000, hlm. 19; Marshall 1972, hlm. 25.
  8. ^ Hibbert 2000, hlm. 27; Longford 1964, hlm. 35–38, 118–119; St. Aubyn 1991, hlm. 21–22; Woodham-Smith 1972, hlm. 70–72.
  9. ^ Hibbert 2000, hlm. 27–28; Waller 2006, hlm. 341–342; Woodham-Smith 1972, hlm. 63–65.
  10. ^ Hibbert 2000, hlm. 32–33; Longford 1964, hlm. 38–39, 55; Marshall 1972, hlm. 19.
  11. ^ Waller 2006, hlm. 338–341; Woodham-Smith 1972, hlm. 68–69, 91.
  12. ^ Hibbert 2000, hlm. 18; Longford 1964, hlm. 31; Woodham-Smith 1972, hlm. 74–75.
  13. ^ Longford 1964, hlm. 31; Woodham-Smith 1972, hlm. 75.
  14. ^ Hibbert 2000, hlm. 34–35.
  15. ^ Hibbert 2000, hlm. 35–39; Woodham-Smith 1972, hlm. 88–89, 102.
  16. ^ Hibbert 2000, hlm. 36; Woodham-Smith 1972, hlm. 89–90.
  17. ^ Hibbert 2000, hlm. 35–40; Woodham-Smith 1972, hlm. 92, 102.
  18. ^ Hibbert 2000, hlm. 38–39; Longford 1964, hlm. 47; Woodham-Smith 1972, hlm. 101–102.
  19. ^ Hibbert 2000, hlm. 42; Woodham-Smith 1972, hlm. 105.
  20. ^ Hibbert 2000, hlm. 42; Longford 1964, hlm. 47–48; Marshall 1972, hlm. 21.
  21. ^ Hibbert 2000, hlm. 42, 50; Woodham-Smith 1972, hlm. 135.
  22. ^ Marshall 1972, hlm. 46; St. Aubyn 1991, hlm. 67; Waller 2006, hlm. 353.
  23. ^ Longford 1964, hlm. 29, 51; Waller 2006, hlm. 363; Weintraub 1997, hlm. 43–49.
  24. ^ Longford 1964, hlm. 51; Weintraub 1997, hlm. 43–49.
  25. ^ Longford 1964, hlm. 51–52; St. Aubyn 1991, hlm. 43; Weintraub 1997, hlm. 43–49; Woodham-Smith 1972, hlm. 117.
  26. ^ Weintraub 1997, hlm. 43–49.
  27. ^ Marshall 1972, hlm. 27; Weintraub 1997, hlm. 49.
  28. ^ Hibbert 2000, hlm. 99; St. Aubyn 1991, hlm. 43; Weintraub 1997, hlm. 49; Woodham-Smith 1972, hlm. 119.
  29. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 36; Woodham-Smith 1972, hlm. 104.
  30. ^ Hibbert 2000, hlm. 102; Marshall 1972, hlm. 60; Waller 2006, hlm. 363; Weintraub 1997, hlm. 51; Woodham-Smith 1972, hlm. 122.
  31. ^ Waller 2006, hlm. 363–364; Weintraub 1997, hlm. 53, 58, 64, 65.
  32. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 55–57; Woodham-Smith 1972, hlm. 138.
  33. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 140.
  34. ^ Packard 1998, hlm. 14–15.
  35. ^ Hibbert 2000, hlm. 66–69; St. Aubyn 1991, hlm. 76; Woodham-Smith 1972, hlm. 143–147.
  36. ^ Hibbert 2000, hlm. 67; Longford 1964, hlm. 70; Woodham-Smith 1972, hlm. 143–144.
  37. ^ Queen Victoria's Coronation 1838, The British Monarchy, diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Februari 2016, diakses tanggal 28 Januari 2016 
  38. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 69; Waller 2006, hlm. 353.
  39. ^ Hibbert 2000, hlm. 58; Longford 1964, hlm. 73–74; Woodham-Smith 1972, hlm. 152.
  40. ^ Marshall 1972, hlm. 42; St. Aubyn 1991, hlm. 63, 96.
  41. ^ Marshall 1972, hlm. 47; Waller 2006, hlm. 356; Woodham-Smith 1972, hlm. 164–166.
  42. ^ Hibbert 2000, hlm. 77–78; Longford 1964, hlm. 97; St. Aubyn 1991, hlm. 97; Waller 2006, hlm. 357; Woodham-Smith 1972, hlm. 164.
  43. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 162.
  44. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 96; Woodham-Smith 1972, hlm. 162, 165.
  45. ^ Hibbert 2000, hlm. 79; Longford 1964, hlm. 98; Woodham-Smith 1972, hlm. 167.
  46. ^ Hibbert 2000, hlm. 80–81; Longford 1964, hlm. 102–103; St. Aubyn 1991, hlm. 101–102.
  47. ^ Longford 1964, hlm. 122; Marshall 1972, hlm. 57; St. Aubyn 1991, hlm. 104; Woodham-Smith 1972, hlm. 180.
  48. ^ Hibbert 2000, hlm. 83; Longford 1964, hlm. 120–121; Marshall 1972, hlm. 57; St. Aubyn 1991, hlm. 105; Waller 2006, hlm. 358.
  49. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 107; Woodham-Smith 1972, hlm. 169.
  50. ^ Hibbert 2000, hlm. 94–96; Marshall 1972, hlm. 53–57; St. Aubyn 1991, hlm. 109–112; Waller 2006, hlm. 359–361; Woodham-Smith 1972, hlm. 170–174.
  51. ^ Longford 1964, hlm. 84; Marshall 1972, hlm. 52.
  52. ^ Longford 1964, hlm. 72; Waller 2006, hlm. 353.
  53. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 175.
  54. ^ Hibbert 2000, hlm. 103–104; Marshall 1972, hlm. 60–66; Weintraub 1997, hlm. 62.
  55. ^ Hibbert 2000, hlm. 107–110; St. Aubyn 1991, hlm. 129–132; Weintraub 1997, hlm. 77–81; Woodham-Smith 1972, hlm. 182–184, 187.
  56. ^ Hibbert 2000, hlm. 123; Longford 1964, hlm. 143; Woodham-Smith 1972, hlm. 205.
  57. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 151.
  58. ^ Hibbert 2000, hlm. 265; Woodham-Smith 1972, hlm. 256.
  59. ^ Marshall 1972, hlm. 152; St. Aubyn 1991, hlm. 174–175; Woodham-Smith 1972, hlm. 412.
  60. ^ Charles 2012, hlm. 23.
  61. ^ Hibbert 2000, hlm. 421–422; St. Aubyn 1991, hlm. 160–161.
  62. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 213.
  63. ^ Hibbert 2000, hlm. 130; Longford 1964, hlm. 154; Marshall 1972, hlm. 122; St. Aubyn 1991, hlm. 159; Woodham-Smith 1972, hlm. 220.
  64. ^ Hibbert 2000, hlm. 149; St. Aubyn 1991, hlm. 169.
  65. ^ Hibbert 2000, hlm. 149; Longford 1964, hlm. 154; Marshall 1972, hlm. 123; Waller 2006, hlm. 377.
  66. ^ a b c d e f g h i j Matthew, H. C. G.; Reynolds, K. D. (Oktober 2009), "Victoria (1819–1901)", Oxford Dictionary of National Biography (edisi ke-daring), Oxford University Press, doi:10.1093/ref:odnb/36652  berlangganan atau keanggotan Perpustakaan Umum Britania Raya diperlukan
  67. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 100.
  68. ^ Longford 1964, hlm. 56; St. Aubyn 1991, hlm. 29.
  69. ^ Hibbert 2000, hlm. 150–156; Marshall 1972, hlm. 87; St. Aubyn 1991, hlm. 171–173; Woodham-Smith 1972, hlm. 230–232.
  70. ^ Charles 2012, hlm. 51; Hibbert 2000, hlm. 422–423; St. Aubyn 1991, hlm. 162–163.
  71. ^ Hibbert 2000, hlm. 423; St. Aubyn 1991, hlm. 163.
  72. ^ Longford 1964, hlm. 192.
  73. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 164.
  74. ^ Marshall 1972, hlm. 153–155; St. Aubyn 1991; Woodham-Smith 1972, hlm. 221–222.
  75. ^ Queen Victoria and the Princess Royal, Royal Collection, diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Januari 2016, diakses tanggal 29 Maret 2013 
  76. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 281.
  77. ^ Longford 1964, hlm. 359.
  78. ^ Judul artikel Maud Gonne tahun 1900 setelah kunjungan Ratu Victoria ke Irlandia
  79. ^ Harrison, Shane (15 April 2003), "Famine Queen row in Irish port", BBC News, diarsipkan dari versi asli tanggal 19 September 2019, diakses tanggal 29 Maret 2013 
  80. ^ Officer, Lawrence H.; Williamson, Samuel H. (2024), Five Ways to Compute the Relative Value of a UK Pound Amount, 1270 to Present, MeasuringWorth, diakses tanggal 8 Juni 2024 
  81. ^ Kinealy, Christine, Private Responses to the Famine, University College Cork, diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2013, diakses tanggal 29 Maret 2013 
  82. ^ Longford 1964, hlm. 181.
  83. ^ Kenny, Mary (2009), Crown and Shamrock: Love and Hate Between Ireland and the British Monarchy, Dublin: New Island, ISBN 978-1-905494-98-9 
  84. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 215.
  85. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 238.
  86. ^ Longford 1964, hlm. 175, 187; St. Aubyn 1991, hlm. 238, 241; Woodham-Smith 1972, hlm. 242, 250.
  87. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 248.
  88. ^ Hibbert 2000, hlm. 198; Longford 1964, hlm. 194; St. Aubyn 1991, hlm. 243; Woodham-Smith 1972, hlm. 282–284.
  89. ^ Hibbert 2000, hlm. 201–202; Marshall 1972, hlm. 139; St. Aubyn 1991, hlm. 222–223; Woodham-Smith 1972, hlm. 287–290.
  90. ^ Hibbert 2000, hlm. 161–164; Marshall 1972, hlm. 129; St. Aubyn 1991, hlm. 186–190; Woodham-Smith 1972, hlm. 274–276.
  91. ^ Longford 1964, hlm. 196–197; St. Aubyn 1991, hlm. 223; Woodham-Smith 1972, hlm. 287–290.
  92. ^ Longford 1964, hlm. 191; Woodham-Smith 1972, hlm. 297.
  93. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 216.
  94. ^ Hibbert 2000, hlm. 196–198; St. Aubyn 1991, hlm. 244; Woodham-Smith 1972, hlm. 298–307.
  95. ^ Hibbert 2000, hlm. 204–209; Marshall 1972, hlm. 108–109; St. Aubyn 1991, hlm. 244–254; Woodham-Smith 1972, hlm. 298–307.
  96. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 255, 298.
  97. ^ Hibbert 2000, hlm. 216–217; St. Aubyn 1991, hlm. 257–258.
  98. ^ Hibbert 2000, hlm. 217–220; Woodham-Smith 1972, hlm. 328–331.
  99. ^ Hibbert 2000, hlm. 227–228; Longford 1964, hlm. 245–246; St. Aubyn 1991, hlm. 297; Woodham-Smith 1972, hlm. 354–355.
  100. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 357–360.
  101. ^ Queen Victoria, "Sabtu, 18 Agustus 1855", Queen Victoria's Journals, 40, hlm. 93, diarsipkan dari versi asli tanggal 25 November 2021, diakses tanggal 2 Juni 2012 – via The Royal Archives 
  102. ^ 1855 visit of Queen Victoria, Château de Versailles, diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Januari 2013, diakses tanggal 29 Maret 2013 
  103. ^ "Queen Victoria in Paris", Royal Collection Trust, diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Agustus 2022, diakses tanggal 29 Agustus 2022 
  104. ^ Hibbert 2000, hlm. 241–242; Longford 1964, hlm. 280–281; St. Aubyn 1991, hlm. 304; Woodham-Smith 1972, hlm. 391.
  105. ^ Hibbert 2000, hlm. 242; Longford 1964, hlm. 281; Marshall 1972, hlm. 117.
  106. ^ Napoleon III Receiving Queen Victoria at Cherbourg, 5 Agustus 1858, Royal Museums Greenwich, diarsipkan dari versi asli tanggal 3 April 2012, diakses tanggal 29 Maret 2013 
  107. ^ Hibbert 2000, hlm. 255; Marshall 1972, hlm. 117.
  108. ^ Longford 1964, hlm. 259–260; Weintraub 1997, hlm. 326.
  109. ^ Longford 1964, hlm. 263; Weintraub 1997, hlm. 326, 330.
  110. ^ Hibbert 2000, hlm. 244.
  111. ^ Hibbert 2000, hlm. 267; Longford 1964, hlm. 118, 290; St. Aubyn 1991, hlm. 319; Woodham-Smith 1972, hlm. 412.
  112. ^ Hibbert 2000, hlm. 267; Marshall 1972, hlm. 152; Woodham-Smith 1972, hlm. 412.
  113. ^ Hibbert 2000, hlm. 265–267; St. Aubyn 1991, hlm. 318; Woodham-Smith 1972, hlm. 412–413.
  114. ^ Waller 2006, hlm. 393; Weintraub 1997, hlm. 401.
  115. ^ Hibbert 2000, hlm. 274; Longford 1964, hlm. 293; St. Aubyn 1991, hlm. 324; Woodham-Smith 1972, hlm. 417.
  116. ^ Longford 1964, hlm. 293; Marshall 1972, hlm. 153; Strachey 1921, hlm. 214.
  117. ^ Hibbert 2000, hlm. 276–279; St. Aubyn 1991, hlm. 325; Woodham-Smith 1972, hlm. 422–423.
  118. ^ Hibbert 2000, hlm. 280–292; Marshall 1972, hlm. 154.
  119. ^ Hibbert 2000, hlm. 299; St. Aubyn 1991, hlm. 346.
  120. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 343.
  121. ^ Strachey 1921, hlm. 306.
  122. ^ Ridley, Jane (27 Mei 2017), "Queen Victoria – burdened by grief and six-course dinners", The Spectator, diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Agustus 2018, diakses tanggal 28 Agustus 2018 
  123. ^ Marshall 1972, hlm. 170–172; St. Aubyn 1991, hlm. 385.
  124. ^ Hibbert 2000, hlm. 310; Longford 1964, hlm. 321; St. Aubyn 1991, hlm. 343–344; Waller 2006, hlm. 404.
  125. ^ Hibbert 2000, hlm. 310; Longford 1964, hlm. 322.
  126. ^ Hibbert 2000, hlm. 323–324; Marshall 1972, hlm. 168–169; St. Aubyn 1991, hlm. 356–362.
  127. ^ Hibbert 2000, hlm. 321–322; Longford 1964, hlm. 327–328; Marshall 1972, hlm. 170.
  128. ^ Hibbert 2000, hlm. 329; St. Aubyn 1991, hlm. 361–362.
  129. ^ Hibbert 2000, hlm. 311–312; Longford 1964, hlm. 347; St. Aubyn 1991, hlm. 369.
  130. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 374–375.
  131. ^ Marshall 1972, hlm. 199; Strachey 1921, hlm. 299.
  132. ^ Hibbert 2000, hlm. 318; Longford 1964, hlm. 401; Strachey 1921, hlm. 427.
  133. ^ Buckle, George Earle; Monypenny, W. F. (1910–1920) The Life of Benjamin Disraeli, Earl of Beaconsfield, vol. 5, hlm. 49, dikutip di Strachey, hlm. 243
  134. ^ Hibbert 2000, hlm. 320; Strachey 1921, hlm. 246–247.
  135. ^ Longford 1964, hlm. 381; St. Aubyn 1991, hlm. 385–386; Strachey 1921, hlm. 248.
  136. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 385–386; Strachey 1921, hlm. 248–250.
  137. ^ Longford 1964, hlm. 385.
  138. ^ Hibbert 2000, hlm. 343.
  139. ^ Hibbert 2000, hlm. 343–344; Longford 1964, hlm. 389; Marshall 1972, hlm. 173.
  140. ^ Hibbert 2000, hlm. 344–345.
  141. ^ Hibbert 2000, hlm. 345; Longford 1964, hlm. 390–391; Marshall 1972, hlm. 176; St. Aubyn 1991, hlm. 388.
  142. ^ Old Bailey Proceedings Online, Trial of Arthur O'Connor. (t18720408-352, 8 April 1872).
  143. ^ Charles 2012, hlm. 103; Hibbert 2000, hlm. 426–427; St. Aubyn 1991, hlm. 388–389.
  144. ^ Hibbert 2000, hlm. 427; Marshall 1972, hlm. 176; St. Aubyn 1991, hlm. 389.
  145. ^ Hibbert 2000, hlm. 249–250; Woodham-Smith 1972, hlm. 384–385.
  146. ^ Woodham-Smith 1972, hlm. 386.
  147. ^ a b Hibbert 2000, hlm. 251; Woodham-Smith 1972, hlm. 386.
  148. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 335.
  149. ^ Hibbert 2000, hlm. 361; Longford 1964, hlm. 402; Marshall 1972, hlm. 180–184; Waller 2006, hlm. 423.
  150. ^ Hibbert 2000, hlm. 295–296; Waller 2006, hlm. 423.
  151. ^ Hibbert 2000, hlm. 361; Longford 1964, hlm. 405–406; Marshall 1972, hlm. 184; St. Aubyn 1991, hlm. 434; Waller 2006, hlm. 426.
  152. ^ Waller 2006, hlm. 427.
  153. ^ Longford 1964, hlm. 425.
  154. ^ a b Longford 1964, hlm. 426.
  155. ^ Longford 1964, hlm. 412–413.
  156. ^ Longford 1964, hlm. 411.
  157. ^ Hibbert 2000, hlm. 367–368; Longford 1964, hlm. 429; Marshall 1972, hlm. 186; St. Aubyn 1991, hlm. 442–444; Waller 2006, hlm. 428–429.
  158. ^ Hibbert 2000, hlm. 369.
  159. ^ Longford 1964, hlm. 437.
  160. ^ Hibbert 2000, hlm. 420; St. Aubyn 1991, hlm. 422.
  161. ^ Hibbert 2000, hlm. 420; St. Aubyn 1991, hlm. 421.
  162. ^ Hibbert 2000, hlm. 420–421; St. Aubyn 1991, hlm. 422; Strachey 1921, hlm. 278.
  163. ^ Hibbert 2000, hlm. 427; Longford 1964, hlm. 446; St. Aubyn 1991, hlm. 421.
  164. ^ Longford 1964, hlm. 451–452.
  165. ^ Longford 1964, hlm. 454; St. Aubyn 1991, hlm. 425; Hibbert 2000, hlm. 443.
  166. ^ Hibbert 2000, hlm. 443–444; St. Aubyn, hlm. 425–426.
  167. ^ Hibbert 2000, hlm. 443–444; Longford 1964, hlm. 455.
  168. ^ Hibbert 2000, hlm. 444; St. Aubyn 1991, hlm. 424; Waller 2006, hlm. 413.
  169. ^ Longford 1964, hlm. 461.
  170. ^ Longford 1964, hlm. 477–478.
  171. ^ Hibbert 2000, hlm. 373; St. Aubyn 1991, hlm. 458.
  172. ^ Waller 2006, hlm. 433; Hibbert 2000, hlm. 370–371; Marshall 1972, hlm. 191–193.
  173. ^ Hibbert 2000, hlm. 373; Longford 1964, hlm. 484.
  174. ^ Hibbert 2000, hlm. 374; Longford 1964, hlm. 491; Marshall 1972, hlm. 196; St. Aubyn 1991, hlm. 460–461.
  175. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 460–461.
  176. ^ Queen Victoria, Royal Household, diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Maret 2021, diakses tanggal 29 Maret 2013 
  177. ^ Marshall 1972, hlm. 210–211; St. Aubyn 1991, hlm. 491–493.
  178. ^ Longford 1964, hlm. 502.
  179. ^ Hibbert 2000, hlm. 447–448; Longford 1964, hlm. 508; St. Aubyn 1991, hlm. 502; Waller 2006, hlm. 441.
  180. ^ "Queen Victoria's Urdu workbook on show", BBC News, 15 September 2017, diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Desember 2017, diakses tanggal 23 November 2017 
  181. ^ Hunt, Kristin (20 September 2017), "Victoria and Abdul: The Friendship that Scandalized England", Smithsonian, diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Desember 2017, diakses tanggal 23 November 2017 
  182. ^ Hibbert 2000, hlm. 448–449.
  183. ^ Hibbert 2000, hlm. 449–451.
  184. ^ Hibbert 2000, hlm. 447; Longford 1964, hlm. 539; St. Aubyn 1991, hlm. 503; Waller 2006, hlm. 442.
  185. ^ Hibbert 2000, hlm. 454.
  186. ^ Hibbert 2000, hlm. 382.
  187. ^ Hibbert 2000, hlm. 375; Longford 1964, hlm. 519.
  188. ^ Hibbert 2000, hlm. 376; Longford 1964, hlm. 530; St. Aubyn 1991, hlm. 515.
  189. ^ Hibbert 2000, hlm. 377.
  190. ^ Hibbert 2000, hlm. 456.
  191. ^ Longford 1964, hlm. 546; St. Aubyn 1991, hlm. 545–546.
  192. ^ Marshall 1972, hlm. 206–207, 211; St. Aubyn 1991, hlm. 546–548.
  193. ^ MacMillan, Margaret (2013), The War That Ended Peace, Random House, hlm. 29, ISBN 978-0-8129-9470-4 
  194. ^ Hibbert 2000, hlm. 457–458; Marshall 1972, hlm. 206–207, 211; St. Aubyn 1991, hlm. 546–548.
  195. ^ Hibbert 2000, hlm. 436; St. Aubyn 1991, hlm. 508.
  196. ^ Hibbert 2000, hlm. 437–438; Longford 1964, hlm. 554–555; St. Aubyn 1991, hlm. 555.
  197. ^ Longford 1964, hlm. 558.
  198. ^ Hibbert 2000, hlm. 464–466, 488–489; Strachey 1921, hlm. 308; Waller 2006, hlm. 442.
  199. ^ Hibbert 2000, hlm. 492; Longford 1964, hlm. 559; St. Aubyn 1991, hlm. 592.
  200. ^ Hibbert 2000, hlm. 492.
  201. ^ Rappaport, Helen (2003), "Animals", Queen Victoria: A Biographical Companion, Abc-Clio, hlm. 34–39, ISBN 978-1-85109-355-7 
  202. ^ Longford 1964, hlm. 561–562; St. Aubyn 1991, hlm. 598.
  203. ^ Hibbert 2000, hlm. 497; Longford 1964, hlm. 563.
  204. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 598.
  205. ^ Longford 1964, hlm. 563.
  206. ^ Hibbert 2000, hlm. 498.
  207. ^ Longford 1964, hlm. 565; St. Aubyn 1991, hlm. 600.
  208. ^ Gander, Kashmira (26 Agustus 2015), "Queen Elizabeth II to become Britain's longest reigning monarch, surpassing Queen Victoria", The Daily Telegraph, London, diarsipkan dari versi asli tanggal 19 September 2015, diakses tanggal 9 September 2015 
  209. ^ Weir, Alison (1996). Britain's Royal Families: The Complete Genealogy (edisi ke-Revisi). London: Random House. hlm. 317. ISBN 978-0-7126-7448-5. 
  210. ^ Ashley, Mike (1998) British Monarchs, London: Robinson, ISBN 1-84119-096-9, hlm. 690
  211. ^ Fulford, Roger (1967) "Victoria", Collier's Encyclopedia, United States: Crowell, Collier and Macmillan Inc., vol. 23, hlm. 127
  212. ^ Hibbert 2000, hlm. 471.
  213. ^ Hibbert 2000, hlm. xv; St. Aubyn 1991, hlm. 340.
  214. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 30; Woodham-Smith 1972, hlm. 87.
  215. ^ Hibbert 2000, hlm. 503–504; St. Aubyn 1991, hlm. 30; Woodham-Smith 1972, hlm. 88, 436–437.
  216. ^ Hibbert 2000, hlm. 503.
  217. ^ Hibbert 2000, hlm. 503–504; St. Aubyn 1991, hlm. 624.
  218. ^ Hibbert 2000, hlm. 61–62; Longford 1964, hlm. 89, 253; St. Aubyn 1991, hlm. 48, 63–64.
  219. ^ Marshall 1972, hlm. 210; Waller 2006, hlm. 419, 434–435, 443.
  220. ^ Waller 2006, hlm. 439.
  221. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 624.
  222. ^ Hibbert 2000, hlm. 504; St. Aubyn 1991, hlm. 623.
  223. ^ Hibbert 2000, hlm. 352; Strachey 1921, hlm. 304; Woodham-Smith 1972, hlm. 431.
  224. ^ Waller 2006, hlm. 429.
  225. ^ Bagehot, Walter (1867), The English Constitution, London: Chapman and Hall, hlm. 103 
  226. ^ St. Aubyn 1991, hlm. 602–603; Strachey 1921, hlm. 303–304; Waller 2006, hlm. 366, 372, 434.
  227. ^ Erickson, Carolly (1997) Her Little Majesty: The Life of Queen Victoria, New York: Simon & Schuster, ISBN 0-7432-3657-2
  228. ^ Rogaev, Evgeny I.; Grigorenko, Anastasia P.; Faskhutdinova, Gulnaz; Kittler, Ellen L. W.; Moliaka, Yuri K. (2009), "Genotype Analysis Identifies the Cause of the "Royal Disease"", Science, 326 (5954): 817, Bibcode:2009Sci...326..817R, doi:10.1126/science.1180660 , PMID 19815722 
  229. ^ Potts & Potts 1995, hlm. 55–65; Hibbert 2000, hlm. 217; Packard 1998, hlm. 42–43.
  230. ^ Jones, Steve (1996) In the Blood, dokumenter BBC
  231. ^ McKusick, Victor A. (1965), "The Royal Hemophilia", Scientific American, 213 (2): 91, Bibcode:1965SciAm.213b..88M, doi:10.1038/scientificamerican0865-88, PMID 14319025 ; Jones, Steve (1993), The Language of the Genes, London: HarperCollins, hlm. 69, ISBN 0-00-255020-2 ; Jones, Steve (1993), In The Blood: God, Genes and Destiny, London: HarperCollins, hlm. 270, ISBN 0-00-255511-5 ; Rushton, Alan R. (2008), Royal Maladies: Inherited Diseases in the Royal Houses of Europe, Victoria, British Columbia: Trafford, hlm. 31–32, ISBN 978-1-4251-6810-0 
  232. ^ Hemophilia B, National Hemophilia Foundation, 5 Maret 2014, diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Maret 2015, diakses tanggal 29 Maret 2015 
  233. ^ a b Whitaker's Almanack (1900) Facsimile Reprint 1998, London: Stationery Office, ISBN 0-11-702247-0, hlm. 86
  234. ^ Risk, James; Pownall, Henry; Stanley, David; Tamplin, John; Martin, Stanley (2001), Royal Service, 2, Lingfield: Third Millennium Publishing/Victorian Publishing, hlm. 16–19 
  235. ^ "No. 21846", The London Gazette, 5 Februari 1856, hlm. 410–411 
  236. ^ "No. 22523", The London Gazette, 25 Juni 1861, hlm. 2621 
  237. ^ Whitaker, Joseph (1894), An Almanack for the Year of Our Lord ..., J. Whitaker, hlm. 112, diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Maret 2023, diakses tanggal 15 Desember 2019 
  238. ^ "No. 24539", The London Gazette, 4 Januari 1878, hlm. 113 
  239. ^ Shaw, William Arthur (1906), "Introduction", The Knights of England, 1, London: Sherratt and Hughes, hlm. xxxi 
  240. ^ "The Royal Red Cross Diarsipkan 28 November 2019 di Wayback Machine.". QARANC – Queen Alexandra's Royal Army Nursing Corps. Retrieved 28 November 2019.
  241. ^ "No. 25641", The London Gazette, 9 November 1886, hlm. 5385–5386 
  242. ^ The Albert Medal, Royal Society of Arts, London, UK, diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Juni 2011, diakses tanggal 12 Desember 2019 
  243. ^ "No. 26733", The London Gazette, 24 April 1896, hlm. 2455 
  244. ^ "Real orden de damas nobles de la Reina Maria Luisa", Calendario Manual y Guía de Forasteros en Madrid (dalam bahasa Spanyol), Madrid: Imprenta Real, hlm. 91, 1834, diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Maret 2021, diakses tanggal 21 November 2019 – via hathitrust.org 
  245. ^ a b Kimizuka, Naotaka (2004), 女王陛下のブルーリボン: ガーター勲章とイギリス外交 [Her Majesty The Queen's Blue Ribbon: The Orde the Garter and British Diplomacy] (dalam bahasa Jepang), Tokyo: NTT Publishing, hlm. 303, ISBN 978-4-7571-4073-8, diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Maret 2023, diakses tanggal 13 September 2020 
  246. ^ Bragança, Jose Vicente de (2014), "Agraciamentos Portugueses Aos Príncipes da Casa Saxe-Coburgo-Gota" [Portuguese Honours awarded to Princes of the House of Saxe-Coburg and Gotha], Pro Phalaris (dalam bahasa Portugis), 9–10, hlm. 6, diarsipkan dari versi asli tanggal 25 November 2021, diakses tanggal 28 November 2019 
  247. ^ Ордена Св. Екатерины [Knights of the Orde St. Catherine], Список кавалерам россійских императорских и царских орденов [List of Knights of the Russian Imperial and Tsarist Orders] (dalam bahasa Rusia), Saint Petersburg: Printing house of the II branch of His Imperial Majesty's Chancellery, 1850, hlm. 15, diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Maret 2023, diakses tanggal 20 Oktober 2019 
  248. ^ Wattel, Michel; Wattel, Béatrice (2009), Les Grand'Croix de la Légion d'honneur de 1805 à nos jours. Titulaires français et étrangers (dalam bahasa French), Paris: Archives & Culture, hlm. 21, 460, 564, ISBN 978-2-35077-135-9 
  249. ^ "Seccion IV: Ordenes del Imperio", Almanaque imperial para el año 1866 (dalam bahasa Spanyol), Mexico City: Imp. de J.M. Lara, 1866, hlm. 244, diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Maret 2023, diakses tanggal 13 September 2020 
  250. ^ Olvera Ayes, David A. (2020), "La Orden Imperial de San Carlos", Cuadernos del Cronista Editores, México 
  251. ^ Queen Victoria, "Kamis, 11 Juni 1857", Queen Victoria's Journals, 43, hlm. 171, diarsipkan dari versi asli tanggal 25 November 2021, diakses tanggal 2 Juni 2012 – via The Royal Archives 
  252. ^ Queen Victoria, "Selasa, 3 Desember 1872", Queen Victoria's Journals, 61, hlm. 333, diarsipkan dari versi asli tanggal 25 November 2021, diakses tanggal 2 Juni 2012 – via The Royal Archives 
  253. ^ Naser al-Din Shah Qajar (1874), "Chapter IV: England", The Diary of H.M. The Shah of Persia during his tour through Europe in A.D. 1873: A verbatim translation, diterjemahkan oleh Redhouse, James William, London: John Murray, hlm. 149 
  254. ^ "Court Circular". Court and Social. The Times (29924). London. 3 Juli 1880. col G, p. 11. 
  255. ^ ข่าวรับพระราชสาสน์ พระราชสาสน์จากกษัตริย์ในประเทศยุโรปที่ทรงยินดีในการได้รับพระราชสาสน์จากพระบาทสมเด็จพระเจ้าอยู่หัว (PDF), Royal Thai Government Gazette (dalam bahasa Thai), 5 Mei 1887, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 21 Oktober 2020, diakses tanggal 8 Mei 2019 
  256. ^ Kalakaua pada adiknya, 24 Juli 1881, dikutip di Greer, Richard A. (editor, 1967) "The Royal Tourist – Kalakaua's Letters Home from Tokio to London Diarsipkan 19 Oktober 2019 di Wayback Machine.", Hawaiian Journal of History, vol. 5, hlm. 100
  257. ^ Acović, Dragomir (2012), Slava i čast: Odlikovanja među Srbima, Srbi među odlikovanjima (dalam bahasa Serbian), Belgrade: Službeni Glasnik, hlm. 364 
  258. ^ "Two Royal Families – Historical Ties", The Royal Family of Serbia, 13 Maret 2016, diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Desember 2019, diakses tanggal 6 Desember 2019 
  259. ^ "Goldener Löwen-orden", Großherzoglich Hessische Ordensliste (dalam bahasa German), Darmstadt: Staatsverlag, 1885, hlm. 35, diarsipkan dari versi asli tanggal 6 September 2021, diakses tanggal 6 September 2021 – via hathitrust.org 
  260. ^ "Honorary Badge of the Red Cross", Bulgarian Royal Decorations, diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Desember 2019, diakses tanggal 15 Desember 2019 
  261. ^ "The Imperial Orders and Decorations of Ethiopia", The Crown Council of Ethiopia, diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Desember 2012, diakses tanggal 21 November 2019 
  262. ^ "The Orde Sovereign Prince Danilo I". orderofdanilo.org. Diarsipkan 9 Oktober 2010 di Wayback Machine.
  263. ^ "Silver Wedding medal of Duke Alfred of Saxe-Coburg & Grand Duchess Marie", Royal Collection, diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Desember 2019, diakses tanggal 12 Desember 2019 
  264. ^ a b Louda, Jiří; Maclagan, Michael (1999), Lines dari Succession: Heraldry dari the Royal Families dari Europe, London: Little, Brown, hlm. 32, 34, ISBN 978-1-85605-469-0 
  265. ^ Whitaker's Almanack (1993) Concise Edition, London: J. Whitaker and putra, ISBN 0-85021-232-4, hlm. 134–136

Daftar pustaka

sunting
  • Charles, Barrie (2012), Kill the Queen! The Eight Assassination Attempts on Queen Victoria, Stroud: Amberley Publishing, ISBN 978-1-4456-0457-2 
  • Hibbert, Christopher (2000), Queen Victoria: A Personal History, London: HarperCollins, ISBN 0-00-638843-4 
  • Longford, Elizabeth (1964), Victoria R.I., London: Weidenfeld & Nicolson, ISBN 0-297-17001-5 
  • Marshall, Dorothy (1972), The Life and Times of Queen Victoria (edisi ke-1992 reprint), London: Weidenfeld & Nicolson, ISBN 0-297-83166-6 
  • Packard, Jerrold M. (1998), Victoria's Daughters, New York: St. Martin's Press, ISBN 0-312-24496-7 
  • Potts, D. M.; Potts, W. T. W. (1995), Queen Victoria's Gene: Haemophilia and the Royal Family, Stroud: Alan Sutton, ISBN 0-7509-1199-9 
  • St. Aubyn, Giles (1991), Queen Victoria: A Portrait, London: Sinclair-Stevenson, ISBN 1-85619-086-2 
  • Strachey, Lytton (1921), Queen Victoria, London: Chatto and Windus 
  • Waller, Maureen (2006), Sovereign Ladies: The Six Reigning Queens of England, London: John Murray, ISBN 0-7195-6628-2 
  • Weintraub, Stanley (1997), Albert: Uncrowned King, London: John Murray, ISBN 0-7195-5756-9 
  • Woodham-Smith, Cecil (1972), Queen Victoria: Her Life and Times 1819–1861, London: Hamish Hamilton, ISBN 0-241-02200-2 
  • Worsley, Lucy (2018), Queen Victoria – Daughter, Wife, Mother, Widow, London: Hodder & Stoughton Ltd, ISBN 978-1-4736-5138-8 

Sumber utama

sunting
  • Benson, A. C.; Esher, Viscount, ed. (1907), The Letters of Queen Victoria: A Selection of Her Majesty's Correspondence Between the Years 1837 and 1861, London: John Murray 
  • Bolitho, Hector, ed. (1938), Letters of Queen Victoria from the Archives of the House of Brandenburg-Prussia, London: Thornton Butterworth 
  • Buckle, George Earle, ed. (1926), The Letters of Queen Victoria, 2nd Series 1862–1885, London: John Murray 
  • Buckle, George Earle, ed. (1930), The Letters of Queen Victoria, 3rd Series 1886–1901, London: John Murray 
  • Connell, Brian (1962), Regina v. Palmerston: The Correspondence between Queen Victoria and her Foreign and Prime Minister, 1837–1865, London: Evans Brothers 
  • Duff, David, ed. (1968), Victoria in the Highlands: The Personal Journal of Her Majesty Queen Victoria, London: Muller 
  • Dyson, Hope; Tennyson, Charles, ed. (1969), Dear and Honoured Lady: The Correspondence between Queen Victoria and Alfred Tennyson, London: Macmillan 
  • Esher, Viscount, ed. (1912), The Girlhood of Queen Victoria: A Selection from Her Majesty's Diaries Between the Years 1832 and 1840, London: John Murray 
  • Fulford, Roger, ed. (1964), Dearest Child: Letters Between Queen Victoria and the Princess Royal, 1858–1861, London: Evans Brothers 
  • Fulford, Roger, ed. (1968), Dearest Mama: Letters Between Queen Victoria and the Crown Princess of Prussia, 1861–1864, London: Evans Brothers 
  • Fulford, Roger, ed. (1971), Beloved Mama: Private Correspondence of Queen Victoria and the German Crown Princess, 1878–1885, London: Evans Brothers 
  • Fulford, Roger, ed. (1971), Your Dear Letter: Private Correspondence of Queen Victoria and the Crown Princess of Prussia, 1863–1871, London: Evans Brothers 
  • Fulford, Roger, ed. (1976), Darling Child: Private Correspondence of Queen Victoria and the German Crown Princess of Prussia, 1871–1878, London: Evans Brothers 
  • Hibbert, Christopher, ed. (1984), Queen Victoria in Her Letters and Journals, London: John Murray, ISBN 0-7195-4107-7 
  • Hough, Richard, ed. (1975), Advice to a Grand-daughter: Letters from Queen Victoria to Princess Victoria of Hesse, London: Heinemann, ISBN 0-434-34861-9 
  • Jagow, Kurt, ed. (1938), Letters of the Prince Consort 1831–1861, London: John Murray 
  • Mortimer, Raymond, ed. (1961), Queen Victoria: Leaves from a Journal, New York: Farrar, Straus & Cudahy 
  • Ponsonby, Frederick, ed. (1930), Letters of the Empress Frederick, London: Macmillan 
  • Ramm, Agatha, ed. (1990), Beloved and Darling Child: Last Letters between Queen Victoria and Her Eldest Daughter, 1886–1901, Stroud: Sutton Publishing, ISBN 978-0-86299-880-6 
  • Victoria, Queen (1868), Leaves from the Journal of Our Life in the Highlands from 1848 to 1861, London: Smith, Elder 
  • Victoria, Queen (1884), More Leaves from the Journal of Our Life in the Highlands from 1862 to 1882, London: Smith, Elder 

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting
Victoria dari Britania Raya
Cabang kadet Wangsa Welf
Lahir: 24 Mei 1819 Meninggal: 22 Januari 1901
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
William IV
Ratu Britania Raya
20 Juni 1837 – 22 Januari 1901
Diteruskan oleh:
Edward VII
Lowong
Terakhir dijabat oleh
Bahadur Shah II
sebagai Kaisar Mughal
Maharani India
1 Mei 1876 – 22 Januari 1901