Lompat ke isi

Kota Palembang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Palembang
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawiكوتا ڤاليمبڠ
Lambang resmi Kota Palembang
Julukan: 
  • Bumi Sriwijaya
  • Kota Pempek
  • Serambi Hadramaut
  • Venice of the East
Motto: 
Pelémbang Djaja
Jayalah Kota Palembang
Kota Palembang di Sumatera Selatan
Kota Palembang
Kota Palembang
Peta
Kota Palembang di Indonesia
Kota Palembang
Kota Palembang
Kota Palembang (Indonesia)
Koordinat: 2°59′00″S 104°45′52″E / 2.9833°S 104.7644°E / -2.9833; 104.7644
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Selatan
Tanggal berdiri17 Juni 683; 1341 tahun lalu (683-06-17)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 18
  • Kelurahan: 107
Pemerintahan
 • Wali KotaUcok Abdulrauf Damenta (Pj.)
 • Wakil Wali Kotalowong
 • Sekretaris DaerahRatu Dewa
Luas
 • Total400,61 km2 (154,68 sq mi)
Ketinggian
3 m (10 ft)
Populasi
 (30 Juni 2024)[1]
 • Total1.781.672
 • Kepadatan4,400/km2 (12,000/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 93,21% Islam
  • 3,46% Buddha
  • 0,04% Hindu[2]
 • BahasaIndonesia, Palembang, Melayu Tengah, Musi, Ogan, Penesak, Komering, Jawa, Hokkien, Khek, Sunda
 • IPMKenaikan 80,02 (2023)
 sangat tinggi [3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
1671 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 711
Pelat kendaraanBG
Kode Kemendagri16.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023PLG
DAURp 1.247.690.325.000 (2021)
Situs webwww.palembang.go.id


Kota Palembang (Jawi: كوتا ڤاليمبڠ) adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Luas Kota Palembang dengan sekitar 352,51 km²[4] Pada pertengahan tahun 2024, kota ini dihuni oleh 1.781.672 jiwa.[1][5]

Kota Palembang juga kota terpadat dan terbesar kedua di Sumatra setelah Kota Medan, kota terpadat dan kota terbesar kelima di Indonesia setelah Jabodetabekjur, Surabaya, Bandung, Medan dan kota terbesar kesembilan belas di Asia Tenggara. Kota Palembang dan beberapa kabupaten tetangganya (Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir) dikembangkan oleh pemerintah pusat sebagai wilayah metropolitan di Indonesia dengan kawasan yang disebut Patungraya Agung atau Palembang Raya.[6][7]

Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kedatuan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 16 Juni 683 Masehi menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East ("Venesia dari Timur") dan Serambi Hadramaut, kota ini mendapat julukan Serambi Hadramaut dikarenakan beberapa gelar Habib yang ada disini tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Kota Palembang adalah kota tertua di Indonesia.

Gambar Palembang pada tahun 1659

Asal usul nama Palembang mempunyai beberapa versi. Salah satu versi adalah pada saat penguasa Sriwijaya mendirikan sebuah Wanua (kota) yang sekarang dikenal dengan Kota Palembang; Topografi kota Palembang dikelilingi oleh air bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber dari anak sungai maupun rawa bahkan menurut data statistik 1990, Palembang masih terdapat 50% tanah yang tergenang oleh air (rawa).

Berkemungkinan karena kondisi topografi inilah nenek moyang orang Palembang menamakan kota ini sebagai Pa-lembang yang bermakna Pa atau Pe sebagai suatu tempat atau keadaan dan Lembang atau Lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa Melayu Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.[8]

Salah satu versi yang lain juga mengaitkan Palembang dengan kata dalam Bahasa Jawa, "limbang", yang berarti membersihkan biji atau logam dari tanah atau benda-benda luar lain. Pemisahan dilakukan dengan bantuan alat berupa keranjang kecil untuk mengayak tanah berkandungan logam atau biji di aliran sungai. "Pa" adalah kata depan yang dipakai orang Jawa untuk menunjuk suatu tempat berlangsungnya usaha atau keadaan. Versi ini terkait erat dengan peran Palembang pada masa lalu sebagai tempat mencuci emas dan biji timah. Versi lain menghubungkan Palembang dengan kata "lemba", yang berarti tanah yang dihanyutkan air ke tepi.[9]

Kota ini dianggap sebagai salah satu pusat dari Kedatuan Sriwijaya,[10] Serangan Rajendra Chola dari Kerajaan Chola pada tahun 1025, menyebabkan kota ini hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.[10]

Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang.[11][12] Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit pada tahun 1343.[13]

Pada awal abad ke-15, kota Palembang diduduki perompak Chen Zuyi yang berasal dari Tiongkok. Armada bajak laut Chen Zuyi kemudian ditumpas oleh Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407.[14]

Kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang apoteker Portugis menyebutkan Palembang,[15] telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.

Palembang muncul sebagai kesultanan pada tahun 1659 dengan Sri Susuhunan Abdurrahman sebagai raja pertamanya.[16] Namun pada tahun 1823 kesultanan Palembang dihapus oleh pemerintah Hindia Belanda.[17] Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar dan permukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.

Pada tanggal 27 September 2005, Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai "Kota Wisata Air" seperti Bangkok di Thailand dan Phnom Penh di Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008". Palembang menjadi salah satu kota pelaksana pesta olahraga dua tahunan se-Asia Tenggara yaitu SEA Games XXVII Tahun 2011. Pada tahun 2018, Palembang dan Jakarta menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia yaitu Asian Games 2018.

Keadaan geografis

[sunting | sunting sumber]

Letak geografis

[sunting | sunting sumber]
Jembatan Ampera, ikon Kota Palembang.

Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 400,61 km², dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatra. Palembang sendiri dapat dicapai melalui penerbangan dari berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bandar Lampung, Bengkulu, Pangkal Pinang, Tanjung Pandan (via Pangkal Pinang), Jambi, Lubuk Linggau, Padang, Pekanbaru, Batam, Medan, dan Denpasar-Bali. Serta dari luar negeri yaitu Singapura, Kuala Lumpur, serta Jeddah (musim haji) Selain itu di Palembang juga terdapat Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.

Iklim dan topografi

[sunting | sunting sumber]
Data iklim Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 34
(93)
36
(97)
42
(108)
37
(99)
42
(108)
37
(99)
39
(102)
38
(100)
37
(99)
38
(100)
37
(99)
35
(95)
42
(108)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.8
(87.4)
31.2
(88.2)
31.5
(88.7)
32.1
(89.8)
32.4
(90.3)
31.9
(89.4)
31.8
(89.2)
32.1
(89.8)
32.5
(90.5)
32.6
(90.7)
31.9
(89.4)
31.1
(88)
31.83
(89.28)
Rata-rata harian °C (°F) 26.8
(80.2)
27.1
(80.8)
27.2
(81)
27.7
(81.9)
28.0
(82.4)
27.4
(81.3)
27.0
(80.6)
27.2
(81)
27.5
(81.5)
27.7
(81.9)
27.4
(81.3)
27.0
(80.6)
27.33
(81.21)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.9
(73.2)
23.0
(73.4)
23.0
(73.4)
23.4
(74.1)
23.6
(74.5)
22.9
(73.2)
22.3
(72.1)
22.4
(72.3)
22.5
(72.5)
22.9
(73.2)
23.0
(73.4)
23.0
(73.4)
22.91
(73.22)
Rekor terendah °C (°F) 21
(70)
21
(70)
20
(68)
22
(72)
22
(72)
20
(68)
20
(68)
21
(70)
21
(70)
21
(70)
21
(70)
21
(70)
20
(68)
Presipitasi mm (inci) 252
(9.92)
246
(9.69)
344
(13.54)
304
(11.97)
163
(6.42)
127
(5)
97
(3.82)
68
(2.68)
96
(3.78)
190
(7.48)
300
(11.81)
330
(12.99)
2.517
(99,1)
Rata-rata hari hujan 15 13 15 14 9 7 6 5 6 10 14 15 129
% kelembapan 85 85 84 84 83 82 81 79 80 81 84 83 82.6
Rata-rata sinar matahari bulanan 156 158 130 150 164 177 180 182 181 160 132 120 1.890
Sumber #1: Climate-Data.org & Badan Pusat Statistik[18][19]
Sumber #2: Deutscher Wetterdienst[20][21] & BMKG[22]

Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembap nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam–4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4–31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000 mm–3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75–89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 – 20 m dpl.

Pada tahun 2002 suhu minimum kota terjadi pada bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei. Sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan September 34,30C. Tanah dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang musiman: 15 %, tanah tergenang terus menerus: 37 % dan jumlah sungai yang masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya 108) sisanya berfungsi sebagai saluran pembuangan primer.

Tropis lembap nisbi, suhu antara 22,0-32,0 celcius, curah hujan 22–428 mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5 meter dan ketinggian tanah rata-rata 12 meter dpl. Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang–Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]

Kota Palembang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Banyuasin
Timur Kabupaten Banyuasin
Selatan Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Muara Enim
Barat Kabupaten Banyuasin
Lambang Palembang pada zaman penjajahan Belanda

Pada zaman kolonial, lambang Kota Praja (gemeente) Palembang berupa singa kembar memegang perisai bermahkota benteng, dan di bawahnya pita bertuliskan "Palembang". Pada bagian perisai terdapat gambar Singa Nassau separuh, Tongkat Caduceus, serta perahu layar di atas lautan.[butuh rujukan]

Lambang daerah Kota Palembang modern dikukuhkan dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Besar Palembang No. 36/DPRDK/1956. Rd. Muhammad Ikhsan, sejarawan Kota Palembang memerinci desain lambang daerah Kota Palembang menjadi 3 bagian. Bagian-bagian tersebut diperinci sebagai berikut:[23]

  • sirah berwarna merah tua kecokelatan dengan 18 tanduk lembaran daun teratai
  • bunga melati yang belum mekar
  • puncak rebung kuning emas berjumlah 8 (Agustus)
  • Bukit Siguntang bersinar 17
  • sembilan aliran sungai (empat melambangkan Sungai Musi, Ogan, Komering, dan Lematang)
  • motto daerah Pelémbang djaja, berarti "Jayalah Kota Palembang". Ditulis dengan ejaan Soewandi, karena dibuat sebelum tahun 1972 (pemberlakuan EyD).

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Wali Kota

[sunting | sunting sumber]
Kantor Wali Kota Palembang

Wali Kota Palembang adalah pemimpin tertinggi di lingkungan Pemerintah Kota Palembang. Wali kota Palembang bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Sumatera Selatan. Periode 2018-2023, wali kota atau kepala daerah yang menjabat di Kota Palembang ialah Harnojoyo, dengan wakil wali kota Fitrianti Agustinda. Mereka menang pada Pemilihan umum Wali Kota Palembang 2018. Harnojoyo merupakan wali kota Palembang ke-12, sejak tahun 1945, dan menjabat untuk periode kedua. Harnojoyo dan Fitriani dilantik oleh gubernur Sumatera Selatan, pada 18 September 2018 di Palembang, untuk periode 2018-2023.[24] Setelah masa jabatan Harnojoyo dan Fitriani selesai, Ratu Dewa dilantik menjadi penjabat walikota Palembang.

No Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Wakil Wali Kota
(-) Ratu Dewa
(Penjabat)
18 September 2023 18 Juni 2024 Lowong
(-) Dr. Ucok Abdul Rauf Damenta, Mag.rer.Pulp

(Penjabat

19 Juni 2024 Petahana Lowong

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Palembang dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[25] 2014–2019[26] 2019–2024[27] 2024–2029[28]
PKB 2 Kenaikan 5 Kenaikan 6 Penurunan 4
Gerindra (baru) 5 Steady 5 Kenaikan 8 Steady 8
PDI-P 7 Kenaikan 9 Penurunan 7 Penurunan 5
Golkar 7 Penurunan 6 Penurunan 5 Kenaikan 8
NasDem (baru) 5 Penurunan 3 Kenaikan 9
PKS 5 Penurunan 3 Kenaikan 5 Steady 5
Hanura (baru) 5 Penurunan 3 Penurunan 0 Steady 0
PAN 2 Kenaikan 3 Kenaikan 6 Penurunan 5
PBB 0 Kenaikan 2 Penurunan 0 Steady 0
Demokrat 11 Penurunan 7 Kenaikan 9 Penurunan 6
PPP 3 Penurunan 2 Penurunan 1 Penurunan 0
Barnas 1
PBR 1
PPRN (baru) 1
Jumlah Anggota 50 Steady 50 Steady 50 Steady 50
Jumlah Partai 12 Penurunan 11 Penurunan 9 Penurunan 8


Kecamatan

[sunting | sunting sumber]

Kota Palembang memiliki 18 kecamatan dan 107 kelurahan (dari total 236 kecamatan, 386 kelurahan dan 2.764 desa di seluruh Sumatera Selatan). Pada tahun 2023, jumlah penduduknya sebesar 1.570.409 jiwa dengan luas wilayahnya 369,22 km² dan sebaran penduduk 4.250.889 jiwa/km².[29][30]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Palembang, adalah sebagai berikut:

Kemendagri Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
16.71.15 Alang-alang Lebar 4
16.71.11 Bukit Kecil 6
16.71.12 Gandus 5
16.71.04 Ilir Barat I 6
16.71.01 Ilir Barat II 7
16.71.05 Ilir Timur I 11
16.71.06 Ilir Timur II 6
16.71.18 Ilir Timur III 6
16.71.17 Jakabaring 5
16.71.10 Kalidoni 5
16.71.09 Kemuning 6
16.71.13 Kertapati 6
16.71.14 Plaju 7
16.71.08 Sako 4
16.71.02 Seberang Ulu I 5
16.71.03 Seberang Ulu II 7
16.71.16 Sematang Borang 4
16.71.07 Sukarami 7
TOTAL 107


Demografi

[sunting | sunting sumber]
Pakaian adat Suku Melayu Palembang

Masyarakat Palembang adalah masyarakat heterogen, sejak zaman Sriwijaya menepatkan kota ini sebagai pusatnya banyak suku asli Nusantara yang menetap di kota ini, selain itu juga adanya bangsa asing yang menetap. Masyarakat Palembang merupakan orang Melayu yang berasimilasi dengan suku bangsa lainnya baik suku bangsa Nusantara dan suku bangsa asing.

Selain penduduk asli, Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari etnis Jawa, Minangkabau, Melayu (di luar Melayu Palembang), Madura, Bugis, Sunda, Batak dan Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf, Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung Alawiyyin Sungai Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab.[butuh rujukan]

Pada Zaman kerajaan Singosari, Majapahit dan demak, banyak orang jawa yang telah bermigrasi palembang, dan terjadi banyak keturunan Jawa dari Palembang. Sehingga dalam penyebutan kata Orang menggunakan istilah WONG, yang umumnya digunakan orang jawa.

Masjid Agung Palembang
Gereja GPdI Palembang

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan tahun 2020, mencatat bahwa penduduk Kota Palembang mayoritas menganut agama Islam.

Adapun besaran penduduk Kota Palembang menurut agama yang dianut yakni agama Islam sebanyak 93,21%, kemudian agama Buddha yang umumnya warga Tionghoa sebanyak 3,50%. Warga Palembang yang menganut agama Kekristenan sebanyak 3,29%, dengan rincian Kristen Protestan sebanyak 2,02% dan Katolik 1,27%, yang umumnya dianut warga dari suku Batak, Tionghoa, Nias dan dari Indonesia Timur. Penduduk yang beragama Hindu sebanyak 0,04%, Konghucu dan kepercayaan kurang dari 0,01%.[2]

Agama Islam umumnya dianut warga dari suku Melayu Palembang, Komering, Jawa, Minangkabau, Melayu, Sunda, Batak Angkola, Batak Mandailing, Bugis, sebagian orang suku Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Toba, Tionghoa-Indonesia, India-Indonesia dan Arab-Indonesia. Agama Kristen Protestan dan Katolik, umumnya dianut warga dari suku Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Nias, dan sebagian Batak Angkola, Jawa dan Tionghoa-Indonesia. Sementara agama Buddha dan Konghucu umumnya dianut warga Tionghoa-Indonesia, kemudian agama Hindu umumnya dianut orang Bali dan India-Indonesia.[31]

Bahasa yang digunakan masyarakat sehari-hari kota Palembang adalah Bahasa Melayu Palembang yang diucapkan hampir keseluruhan masyarakatnya. Selain hal tersebut, masyarakat pendatang juga sering menggunakan bahasa daerah masing-masing jika mereka berkomunikasi dengan sesama komunitas. Bahasa Palembang adalah bahasa yang sekaligus juga merupakan basantara (bahasa pengantara) provinsi Sumatera Selatan. Penutur bahasa Melayu Palembang diperkirakan 3.1 juta jiwa populasi yang tersebar di kota Palembang dan provinsi terdekat.[32]

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Objek wisata

[sunting | sunting sumber]
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
Sorot laser Gedung Kantor Wali kota di latar belakang Benteng Kuto Besak.
Air mancur di Kambang Iwak.
Tampak Sungai Musi diatas Jembatan Ampera
Waktu Senja Panorama Kota Palembang.
  • Sungai Musi, sungai sepanjang sekitar 750 km yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ulu dan seberang Ilir ini merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatra. Sejak dahulu Sungai Musi telah menjadi urat nadi perekonomian di Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan.[33] Di sepanjang tepian sungai ini banyak terdapat objek wisata seperti Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Pulau Kemaro, Pasar 16 Ilir, rumah Rakit, kilang minyak Pertamina, pabrik pupuk PUSRI, pantai Bagus Kuning, Jembatan Musi II, Masjid Al Munawar, dll.
  • Jembatan Ampera, sebuah jembatan megah sepanjang 1.177 meter yang melintas di atas Sungai Musi yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir ini merupakan ikon Kota Palembang. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dan dibangun dengan menggunakan harta rampasan Jepang serta tenaga ahli dari Jepang.
  • Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Palembang, terletak di pusat Kota Palembang, masjid ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Selatan dengan kapasitas 15.000 jemaah.[34]
  • Benteng Kuto Besak, terletak di tepian Sungai Musi dan berdekatan dengan Jembatan Ampera, Benteng ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Di bagian dalam benteng terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya dan rumah sakit. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng di Indonesia yang berdinding batu dan memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa.[35]
  • Gedung Kantor Wali kota, terletak di pusat kota, pada awalnya bangunan ini berfungsi sebagai menara air karena berfungsi untuk mengalirkan air keseluruh kota sehingga juga dikenal juga sebagai Kantor Ledeng. Saat ini gedung ini berfungsi sebagai Kantor Wali kota Palembang dan terdapat lampu sorot di puncak gedung yang mempercantik wajah kota di malam hari.
  • Kambang Iwak Family Park, sebuah danau wisata yang terletak di tengah kota, dekat dengan tempat tinggal wali kota Palembang. Di tepian danau ini terdapat banyak arena rekreasi keluarga dan ramai dikunjungi pada hari libur. Selain itu di tengah danau ini terdapat air mancur yang tampak cantik di waktu malam.
  • Hutan Wisata Punti Kayu, sebuah hutan wisata kota yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota dengan luas 50 ha dan sejak tahun 1998 ditetapkan sebagai hutan lindung. Di dalam hutan ini terdapat area rekreasi keluarga dan menjadi tempat hunian sekelompok monyet lokal.
  • Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, sebuah situs peninggalan Kedatuan Sriwijaya yang terletak di tepian Sungai Musi. Terdapat sebuah prasasti batu peninggalan Kerajaan di area ini.
  • Taman Purbakala Bukit Siguntang, terletak di perbukitan sebelah barat Kota Palembang. Di tempat ini terdapat banyak peninggalan dan makam-makam kuno Kedatuan Sriwijaya.
  • Monumen Perjuangan Rakyat, terletak di tengah kota, berdekatan dengan Masjid Agung dan Jembatan Ampera. Sesuai dengan namanya di dalam bangunan ini terdapat benda-benda peninggalan sejarah pada masa penjajahan.
  • Museum Negeri Balaputradewa, sebuah museum yang menyimpan banyak benda–benda peninggalan Kedatuan Sriwijaya.
  • Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, terletak di dekat Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak dan dulunya merupakan salah satu peninggalan Keraton Palembang Darussalam. Di dalamnya terdapat banyak benda–benda bersejarah Kota Palembang.
  • Museum Tekstil, terletak di Jalan Merdeka museum ini menyimpan benda–benda tekstil dari seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Selatan.
  • Pulau Kemaro, merupakan sebuah delta kecil di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera. Pulau Kemaro terletak di daerah industri, yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Posisi Pulau Kemaro adalah agak ke timur dari pusat Kota Palembang.

Seni dan budaya

[sunting | sunting sumber]
Festival perahu hias dan lomba bidar di Sungai Musi.

Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:

  • Kesenian Kuntau Palembang dan Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Melayu Palembang)[36]
  • Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu, tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan, Zapin dan Rodat (Tarian Adat Melayu Khususnya Tarian Adat Palembang)
  • Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail
  • Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Ya Saman, Cup Mak Ilang, Ya Salam dan Gending Sriwijaya
  • Rumah Adat Melayu Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit

Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kedatuan Sriwijaya dan di antara keluarga kain tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan Kedatuan Sriwijaya dan pengaruh China pada masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang didatangkan langsung dari Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.

Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda dengan batik Jawa, batik Palembang tampak lebih ceria karena menggunakan warna–warna terang dan masih mempertahankan motif–motif tradisional setempat. Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadan dan Tahun Baru Masehi.

Makanan khas

[sunting | sunting sumber]
Pempek merupakan makanan khas Melayu Palembang.

Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan.

  • Pempek, makanan khas Melayu Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak–otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut "cuko".
  • Tekwan, makanan khas Melayu Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil–kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
Model, salah satu olahan pempek.
Pindang ikan patin khas Melayu Palembang, rasanya pedas, asam, dan gurih.
  • Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).
  • Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong melintang dan kemudian disiram kuah santan pedas.
  • Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.
  • Mie Celor, berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak besar mirip mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging udang.
  • Burgo, berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk mirip dadar gulung yang kemudian diiris, dinikmati dengan kuah santan.
  • Lakso, berbahan dasar tepung beras, mirip Burgo, namun bertekstur mie.
  • Martabak HAR,adalah makanan Khas dari India yang di bawah oleh Haji Abdul Razak. Berbahan dasar tepung terigu, yang diberi telur bebek dan telur ayam,kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.
  • Pindang Patin, salah satu makanan khas Melayu Palembang yang berbahan dasar daging ikan patin yang direbus dengan bumbu pedas dan biasanya ditambahkan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar. Nikmat disantap dengan nasi putih hangat, rasanya gurih, pedas dan segar.
  • Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat.
  • Malbi, mirip rendang, hanya rasanya agak manis, berkuah dan gurih.
  • Tempoyak, makanan khas Melayu Palembang yang berbahan dasar daging durian yang difermentasi setelah itu ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.
  • Otak-otak, varian pempek yang telah tersebar di seluruh Indonesia, berbahan dasar mirip pempek yang dicocol dengan kuah santan dan kemudian dibungkus daun pisang, dimasak dengan cara dipanggang di atas bara api dan biasa disantap dengan saus cabai / kacang.
  • Kemplang, berbahan dasar pempek lenjer, diiris tipis dan kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering kemplang dapat dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang hingga mengembang.
  • Kerupuk, mirip kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar, dijemur, kemudian digoreng.
  • Kue Maksubah, kue khas Melayu Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang sering kali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan saat hari raya.
  • Kue Delapan Jam dengan adonan mirip kue maksubah, kue ini sesuai dengan namanya karena dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu delapan jam. Kue khas Melayu Palembang ini juga sering disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan dan sering disajikan pada hari raya.
  • Kue Srikayo berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit.
Stadion Gelora Sriwijaya

Stadion Gelora Sriwijaya dibangun dalam rangka penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XVI pada tahun 2004. Stadion ini terletak di daerah Jakabaring, di bagian selatan Palembang. Bentuk dari stadion diilhami dari bentuk layar perahu terkembang dan diberi nama berdasarkan kebesaran Kedatuan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada masa lampau. Di stadion berkapasitas 40.000 tempat duduk ini pernah digelar dua pertandingan dalam lanjutan Piala Asia AFC 2007, yaitu babak penyisihan grup D antara Arab Saudi dan Bahrain serta perebutan tempat ke-tiga antara Korea Selatan dengan Jepang.

Palembang bersama Jakarta menjadi tuan rumah SEA Games 2011, yang diselenggarakan pada 11-22 November 2011. Dengan merehabilitasi venue eks Pekan Olahraga Nasional XVI dan membangun Wisma Atlet, Venue tambahan seperti lapangan Atletik, Aquatic Center, Volley Beach, Ski Air, Panjat Tebing dan Lapangan Tembak terbesar se-Asia yang digunakan untuk SEA Games 2011.

Pada tahun 2018, hanya kota Palembang yang terpilih sebagai kota pendukung Jakarta dalam menyelenggarakan Asian Games 2018. Terpilihnya Palembang sebagai tuan rumah pendamping karena pengalaman Palembang dalam menyelenggarakan pesta Olahraga baik tingkat nasional maupun internasional dan juga adanya fasilitas kompleks olahraga Jakabaring Sport City yang sering digunakan dalam perhelatan pesta olahraga.[37]

Selain itu, stadion ini merupakan homebase bagi klub sepak bola Palembang, Sriwijaya Football Club Sriwijaya FC yang merupakan klub sepak bola kebanggaan masyarakat Palembang. Kota Palembang juga memiliki sebuah klub bola voli bernama Palembang Bank SUMSELBABEL, yang mewakili Indonesia dalam Men's Club Asian Volleyball Championship 2011 di GOR PSCC Palembang.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Perguruan Tinggi

[sunting | sunting sumber]

Kota Palembang memiliki beberapa perguruan tinggi di antaranya Universitas Sriwijaya di Bukit Besar, walaupun kampus utamanya yang memiliki luas 712 ha berada pada kawasan Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.[38] saat ini menempati urutan ke-15 Universitas Terbaik di Indonesia versi Webometrics Juli 2010. Peringkat Universitas Sriwijaya dalam pemeringkatan World Class University versi Webometrics terus mengalami peningkatan sejak edisi Januari 2009 (peringkat ke-37), edisi Juli 2009 (peringkat ke-29) dan edisi Juli 2010 (peringkat ke-15). Untuk wilayah sumatera, Universitas Sriwijaya menempati peringkat ke-1 yang kemudian diikuti oleh Universitas Andalas (Unand), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Riau (Unri).

Kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit

[sunting | sunting sumber]

Transportasi

[sunting | sunting sumber]
Armada bus Trans Musi
Stasiun LRT Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dari LRT Palembang.

Warga Palembang banyak menggunakan bus dan angkutan kota sebagai sarana transportasi. Selain menggunakan bus dan angkot, moda transportasi taksi juga banyak digunakan masyarakat. Terdapat beberapa perusahaan taksi yang beroperasi di penjuru kota. Selain taksi dan angkutan kota di Palembang dapat ditemukan bajaj yang berperan sebagai angkutan perumahan, di mana setiap bajaj memiliki kode warna tertentu yang hanya boleh beroperasi di wilayah tertentu di kota Palembang. Sebagai sebuah kota yang dilalui oleh beberapa sungai besar, masyarakat Palembang juga mengenal angkutan air, yang disebut ketek. Ketek ini melayani penyeberangan sungai melalui berbagai dermaga di sepanjang Sungai Musi, Ogan dan Komering. telah dibuka jalur kereta komuter yang diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya yang melayani jalur Kertapati-Indralaya.

Selain itu, pada awal tahun 2010 rute angkutan kota dan bus kota di beberapa bagian kota akan digantikan oleh kendaraan umum baru berupa bus Trans Musi yang serupa dengan bus Trans Jakarta di Jakarta. Hal ini akan terus dilakukan secara bertahap di bagian kota lainnya dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan umum di Palembang yang semakin banyak dan tidak terkendali jumlahnya serta mengurangi kemacetan karena kendaraan ini memiliki jalur laju khusus yang terpisah dari kendaraan lainnya. Sejak Desember 2015, Palembang sedang membangun kereta api ringan dari Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II ke Jakabaring sebagai persiapan menyambut Asian Games 2018.

Palembang memiliki sebuah Bandar Udara Internasional yaitu Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Bandara ini terletak di barat laut Palembang, melayani baik penerbangan domestik maupun internasional. Bandara ini juga menjadi embarkasi haji bagi warga Sumatera Selatan. Penerbangan domestik melayani jalur Palembang ke Jakarta, Bandung, Batam, Pangkal Pinang dan kota-kota lainnya, sedangkan penerbangan internasional melayani Singapura, Kuala Lumpur, Malaka, Hongkong, China dan Thailand.

Palembang juga memiliki tiga pelabuhan utama yaitu Boom Baru, Pelabuhan 36 Ilir dan Pelabuhan Tanjung Api Api. Ketiga pelabuhan ini melayani pengangkutan penumpang menggunakan ferry ke Muntok (Bangka) dan Batam. Saat ini sedang dibangun pelabuhan Tanjung Api Api yang melayani pengangkutan penumpang dan barang masuk serta keluar Sumatera Selatan. Selain itu Palembang juga memiliki Stasiun Kertapati yang terletak di tepi sungai Ogan, Kertapati. Stasiun ini menghubungkan wilayah Palembang dengan Bandar Lampung, Tanjung Enim, Lahat, dan Lubuklinggau

Kota kembar

[sunting | sunting sumber]

Sebagai kota metropolitan di Indonesia, Pemerintah Kota Palembang juga bekerjasama dengan kota-kota lainnya di dunia sehingga terjalinnya hubungan budaya dan kontak sosial antarpenduduk. Berikut ini kota-kota kembar yang menjalin kerjasama dengan Palembang.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 6 Oktober 2024. 
  2. ^ a b "Data Kependudukan Kota Palembang Berdasarkan Agama Semester II Tahun 2020" (pdf). satudata.palembang.go.id. 2020. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-02-14. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia per kabupaten/kota se Sumatera Selatan 2021-2023". www.sumsel.bps.go.id. Diakses tanggal 15 April 2024. 
  4. ^ BPS Kota Palembang, BPS Kota Palembang (2024-02-28). "Kota Palembang Dalam Angka 2024". BPS Kota Palembang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-02-28. Diakses tanggal 2024-03-14. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-06. Diakses tanggal 2021-08-06. 
  6. ^ "Kementerian PUPR Siapkan Pengembangan Metropolitan Baru Palembang Raya | Detak-Palembang.Com". Detak-Palembang.Com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 June 2018. Diakses tanggal 2018-05-06. 
  7. ^ "Metropolitan Palembang, Betung, Indralaya dan Kayuagung". PU-Net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-26. Diakses tanggal 2020-06-22. 
  8. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-06. Diakses tanggal 2021-08-06. 
  9. ^ Kesultanan Palembang Darussalam : Sejarah dan Warisan Budayanya. Jember: Jember University Press dan Penerbit Tarutama Nusantara. 2016. ISBN 978-602-9030-26-6. 
  10. ^ a b Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. ISBN 981-4155-67-5. 
  11. ^ Hirth, F. (1911). Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi. St Petersburg
  12. ^ Soekmono, R. (2002). Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2. Kanisius. ISBN 979-413-290-X.
  13. ^ Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, (1996), Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan, Denpasar: Upada Sastra
  14. ^ Pradjoko, Didik (2013). Atlas Pelabuhan-Pelabuhan Bersejarah di Indonesia. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 137. 
  15. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
  16. ^ Bruun, M.C. (1822). Universal geography, or A description of all the parts of the world. hlm. 441.
  17. ^ Ricklefs, M.C. (1993). A history of modern Indonesia since c. 1300. California: Stanford University Press. ISBN 0-8047-2194-7.
  18. ^ "Palembang, Indonesia". Climate-Data.org. 
  19. ^ "Jumlah hari hujan Palembang". palembang.bps.go.id. 
  20. ^ ftp://ftp-cdc.dwd.de/pub/CDC/observations_global/CLIMAT/multi_annual/sunshine_duration/1961_1990.txt
  21. ^ ftp://ftp-cdc.dwd.de/pub/CDC/help/stations_list_CLIMAT_data.txt
  22. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 70 & 135. Diakses tanggal 19 Oktober 2024. 
  23. ^ Wahyuny, Weni (2019-08-13). "Arti dan Penjelasan Rinci Lambang Kota Palembang, Digunakan Sejak Tahun 1956". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-02-26. 
  24. ^ Inge, Nefri (20 September 2018). Hida, Ramdania El, ed. "Hadiah Ulang Tahun Terindah Harnojoyo Dilantik Jadi Wali Kota Palembang". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-12. Diakses tanggal 13 Februari 2022. 
  25. ^ Detik.com: 50 Anggota DPRD Kota Palembang 2009-2014 Dilantik, diakses 23 April 2020
  26. ^ Detik.com: Inilah Nama-Nama Anggota DPRD Kota Palembang Terpilih, diakses 23 April 2020
  27. ^ Suara.com:Ini Nama Anggota DPRD Palembang 2019-2024, diakses 23 April 2020
  28. ^ Rohekan, Arief Basuki (28-05-2024). Moch. Krisna, ed. "Daftar Nama 50 Anggota DPRD Kota Palembang Terpilih Periode 2024-2029, Wajib Untuk Laporkan LHKPN". tribunnews.com. Diakses tanggal 28-05-2024. 
  29. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  30. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  31. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003.
  32. ^ "A Language of Indonesia: Palembang Malay". Ethnologue: Languages of the World. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 11/27/2018. 
  33. ^ Portal Nasional Republik Indonesia
  34. ^ "ePalembang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-25. Diakses tanggal 2010-06-02. 
  35. ^ "Situs web resmi Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-12. Diakses tanggal 2010-06-02. 
  36. ^ "Dunia Melayu Sedunia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-28. Diakses tanggal 2010-03-16. 
  37. ^ Rachman, Ali (5 Mei 2018). "Tiga Alasan Sumsel jadi Tuan Rumah Asian Games 2018". Indopos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-10. Diakses tanggal 10 November 2020. 
  38. ^ "Situs web resmi Universitas Sriwijaya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-28. Diakses tanggal 2010-03-29. 
  39. ^ "Domo frente a la Terminal de transportes de Neiva es símbolo de la unión con Indonesia" (dalam bahasa Spanyol). El Tiempo. 17 May 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-04. Diakses tanggal 22 August 2017. 
  40. ^ "The Indonesian twin sister of Venice: Palembang" (dalam bahasa Italia). Facciunsalto.it. 20 Juni 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-04. Diakses tanggal 04 Februari 2019. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191 Kota Palembang
Kota Palembang
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.