Dewaki
देवकी | |
---|---|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Dewaki |
Ejaan Dewanagari | देवकी |
Ejaan IAST | Devakī |
Kitab referensi | Bhagawatapurana, Mahabharata |
Kediaman | Mathura |
Golongan | Yadawa |
Dinasti | Yadu |
Ayah | Dewaka |
Saudara | Perempuan:
Laki-laki:[1]
|
Suami | Basudewa |
Anak |
Dewaki (Dewanagari: देवकी; IAST: Devakī ), dalam mitologi Hindu, adalah istri dari Basudewa dan ibu dari Kresna dan Baladewa (Balarama).[2][3] Ia merupakan satu di antara tujuh putri Dewaka, adik Raja Ugrasena dari Mathura.
Dewaki menikah dengan Basudewa dan menjadi salah satu istrinya.[4] Mereka dipenjara oleh sepupu Dewaki bernama Kangsa, karena ramalan mengatakan bahwa salah satu putra mereka akan membunuhnya. Kemudian Kangsa membunuh enam anak mereka. Yang ketujuh (Baladewa) selamat dari maut berkat dipindahkan ke janin wanita lain.
Menurut kepercayaan Hindu, Dewaki merupakan penjelmaan atau inkarnasi dari Aditi, ibu para Aditya, yang merupakan salah satu putri Daksa, dan istri bagi Kasyapa.[5]
Pernikahan
[sunting | sunting sumber]Basudewa menikah dengan Dewaki setelah ia menikahi enam putri Dewaka (kakak-kakak Dewaki). Pada saat upacara pernikahan mereka, Dewa Wisnu mencabut seikat rambut dari Sesa (naga raksasa yang menjadi alas tidurnya) dan dirinya sendiri. Ia bersabda bahwa rambut-rambut tersebut akan menjelma sebagai anak ketujuh dan kedelapan Dewaki.[6]
Setelah upacara pernikahan, Kangsa (sepupu Dewaki) secara sukarela mengantar pengantin baru tersebut ke Mathura dan mengemudikan kereta mereka. Tiba-tiba suatu sabda dari langit atau akasawani (ākāśavāṇī) meramalkan bahwa anak Devaki akan menjadi penyebab kematian Kangsa, serta membebaskan Mathura dari kejahatannya. Kangsa pun gusar lalu berniat membunuh Dewaki, tetapi dihentikan oleh Basudewa, yang berjanji untuk memberikan setiap anak yang dilahirkan Dewaki kepada Kangsa.[7][8][9]
Penahanan
[sunting | sunting sumber]Dewaki dan Basudewa dipenjara oleh Kangsa karena ramalan kematian menghantui kehidupan Kangsa.[10][11] Dewaki melahirkan di penjara hingga enam kali, dan enam kali pula bayi yang baru dilahirkannya harus diserahkan kepada Kangsa, untuk dibunuh oleh Kangsa sendiri. Enam anak-anak Dewaki tersebut — secara kolektif disebut Sadgarbha — masing-masing bernama: Kirtimata, Susena, Udayin, Badrasena, Rijudasa, dan Badradeha.[2] Menurut kitab Hariwangsa, mereka adalah reinkarnasi para putra asura Kalanemi. Di kehidupan sebelumnya, mereka melakukan tapa brata yang sangat khusyuk ke hadapan Dewa Brahma, tanpa sepengetahuan kakek mereka, Hiranyakasipu. Pada akhirnya Hiranyakasipu marah atas tindakan yang mereka lakukan, lalu ia mengutuk mereka agar terlahir kembali ke dunia. Setelah terlahir kembali, mereka terbunuh oleh Kangsa, salah satu reinkarnasi Hiranyakasipu.[12]
Anaknya yang ketujuh (Balarama alias Baladewa) selamat karena janinnya dipindahkan ke rahim Rohini, salah satu istri Basudewa.[13][14] Pada akhirnya Baladewa diasuh oleh Rohini dan Yasoda.[15][16]
Putra kedelapan, yaitu Kresna (yang sebenarnya merupakan awatara Wisnu), lahir tengah malam dan diselundupkan ke luar penjara oleh Basudewa untuk diasuh oleh Nanda dan Yasoda di desa bernama Gokul. Basudewa menukar Kresna dengan bayi perempuan yang baru saja dilahirkan Yasoda, kemudian kembali ke penjara. Setelah Kangsa sadar bahwa Dewaki telah melahirkan, ia segera merenggut bayi tersebut untuk menghabisinya. Tetapi si bayi berubah menjadi Dewi Yogamaya dan bersabda bahwa pembunuh Kangsa telah berada di tempat lain yang lebih aman.[15]
Setelah Kangsa tahu bahwa bakal pembunuhnya ialah Kresna, ia kerap mengirimkan pembunuh bayaran, tetapi selalu gagal. Akhirnya ia mengundang Kresna ke Mathura untuk dibunuh, tetapi disamarkan dalam bentuk suatu adu tanding. Namun yang terjadi justru sebaliknya: Kangsa tewas di tangan Kresna. Setelah kematiannya, Dewaki dan Basudewa dibebaskan dari penjara.[17]
Pembebasan Sadgarbha
[sunting | sunting sumber]Kresna memiliki pengalaman dalam mencari putra Sandipani yang telah lama menghilang di laut Prabhasa, dan mempertemukan kembali anak tersebut kepada orang tuanya. Mengetahui hal tersebut, timbul niat Dewaki untuk bertemu kembali dengan keenam anak-anaknya (Sadgarbha) yang telah dibunuh oleh Kangsa.[18] Kresna mengabulkan permintaannya dan menjemput jiwa anak-anak tersebut dari Patala (dunia bawah tanah) dan membawa mereka ke hadapan Dewaki.[18][19] Saat bertemu kembali dengan anak-anaknya, naluri keibuan Dewaki muncul kembali lalu ia menyusui mereka. Setelah itu jiwa-jiwa mereka terbebas lalu mencapai surga.[19]
Kematian
[sunting | sunting sumber]Kematian Dewaki dikisahkan dalam kitab Mosalaparwa, yaitu Mahabharata jilid ke-16. Diceritakan bahwa pada saat upacara pembakaran jenazah Basudewa (setelah kejadian bentrok kaum Yadawa), Dewaki ikut mengkremasi dirinya hidup-hidup di atas tumpukan kayu bakar yang melingkupi jenazah Basudewa. Dia melakukan sati, bersama istri Basudewa lainnya: Rohini, Badra, dan Madira.[20]
Silsilah
[sunting | sunting sumber]Silsilah keturunan Yadu (bangsa Yadawa) dalam Mahabharata dan Purana | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Dewaki melahirkan delapan anak, tetapi enam anak pertama dibunuh oleh Kangsa. Putra ketujuhnya dipindahkan ke rahim Rohini (istri Basudewa) atas bantuan Dewi Yogamaya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Mani, Vettam (2015-01-01). Puranic Encyclopedia: A Comprehensive Work with Special Reference to the Epic and Puranic Literature. Motilal Banarsidass. hlm. 210. ISBN 978-81-208-0597-2.
- ^ a b "XV". The Vishnu Purana: Book IV. hlm. 438.
- ^ "123". The Mahabharata: Book VI. Sacred-texts.com. hlm. 311.
- ^ "XIV". The Vishnu Purana: Book IV. Sacred-texts.com. hlm. 435.
- ^ Mani, Vettam (2015-01-01). Puranic Encyclopedia: A Comprehensive Work with Special Reference to the Epic and Puranic Literature. Motilal Banarsidass. hlm. 210. ISBN 978-81-208-0597-2.
- ^ Monaghan, Patricia (2014-04-01). Encyclopedia of Goddesses and Heroines. New World Library. hlm. 95. ISBN 978-1-60868-218-8.
- ^ "1". Srimad Bhagavatam: Canto 10. Bhagavata.org.
- ^ "1". Srimad Bhagavatam: Canto 10. Bhagavata.org.
- ^ "1". Srimad Bhagavatam: Canto 10. Bhagavata.org.
- ^ "harivaMsha in the mahAbharata - viShNuparva: Chapter 1 - Advent of Narada and Kamsa's Response". Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2015. Diakses tanggal 23 December 2016.
- ^ "1". Srimad Bhagavatam: Canto 10. Bhagavata.org.
- ^ Debroy, Bibek (2016-09-09). Harivamsha. Penguin UK. ISBN 978-93-86057-91-4.
- ^ "2". Srimad Bhagavatam: Canto 10. Bhagavata.org.
- ^ "I". The Vishnu Purana: Book V. hlm. 490–491.
- ^ a b "III". The Vishnu Purana: Book V. hlm. 502.
- ^ "3". Srimad Bhagavatam: Canto 10. Bhagavata.org.
- ^ "44". Srimad Bhagavatam: Canto 10. Bhagavata.org.
- ^ a b "85". SRIMAD BHAGAVATAM: CANTO 10. Bhagavata.org.
- ^ a b "85". SRIMAD BHAGAVATAM: CANTO 10. Bhagavata.org.
- ^ The Mahabharata, Book 16: Mausala Parva: Section 7.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Mythfolklore.net: Devaki