Perang Melawan Teror
Perang Melawan Teror War on terror | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Foto, searah jarum jam dari kiri atas: Akibat serangan 11 September; Prajurit Amerika menaiki pesawat di Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan; seorang tentara Amerika dan penerjemah Afghanistan di Provinsi Zabul, Afghanistan; ledakan bom mobil Irak di Bagdad. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Taliban Al Qaeda Hezb-e Islami Gulbuddin Partai Islam Turkistan ISIS Mujahidin Indonesia Timur Abu Sayyaf Gerakan Aceh Merdeka (Hingga 2005) Tehrik-i-Taliban Pakistan Kartel Sinaloa Partai Komunis India Oposisi Suriah Mujahidin Internasional Perompak Somalia Al-Qaeda di Islam Maghreb Jemaah Islamiyah Lashkar-e-Taiba Ba'athis Irak |
Amerika Serikat Britania Raya Kanada Prancis Jerman Italia Polandia Turki Belanda Belgia Australia Selandia Baru Arab Saudi Uni Emirat Arab Bahrain Irak Suriah Indonesia Malaysia Filipina Singapura Yaman Rusia Ukraina Korea Selatan El Salvador Mexico Kolombia Brazil China Israel Swedia Somalia Sudan Qatar Maroko Azerbaijan Armenia Georgia Finlandia Norwegia Denmark Afghanistan Pakistan Spanyol Portugal Iran India Estonia Haiti Afrika Tengah Yordania Venezuela Uganda Gambia Srilanka Afrika Selatan Serbia Kuba Sierra Leone Bosnia dan Herzegovina CSTO NATO PBB | ||||||
Korban | |||||||
900.000–1.000.000 Tewas |
Perang Melawan Teror (bahasa Inggris: War on terror), secara resmi bernama Peperangan Global Melawan Terorisme (bahasa Inggris: Global War on Terrorism), adalah istilah yang digunakan oleh para pengambil kebijakan strategis geopolitik dan luar negeri yang berada di pemerintahan AS untuk mendefisinikan berbagai tindakan militer dan politik yang dilakukan negaranya terhadap negara-negara di kawasan Timur Tengah, khususnya Afganistan pasca terjadinya Serangan 11 September di kota New York.
[1][2] walaupun belum ada definisi yang jelas mengenai apa itu terorisme dan sejauh apa sebuah tindakan dapat dikatakan terorisme, sehingga menjadikan istilah kampanye militer AS di awal abad ke 21 M menjadi bias atau metanaratif[3] karenanya banyak ahli geopolitik dan militer yang menilai istilah Perang melawan terorisme dapat di salah gunakan oleh AS untuk masuk ke dalam ranah yang berada di luar kapasitasnya dengan alasan peperangan melawan "terorisme", kampanye militer di Irak dan Konflik di Somalia adalah contoh intervensi AS di luar kapasitasnya. Pasca kemenangan Kelompok Taliban yang berhasil menguasai seluruh Afganistan di ikuti dengan penarikan mundur seluruh pasukan dan kendaraan tempur AS dari negara yang berjuluk ' kuburan para negara adidaya ' tersebut pada tanggal 15 Agustus 2021, Kampanye Perang Melawan Terorisme yang selama dua dekade di lancarkan oleh AS mulai meredup, pamor AS sebagai negara salah satu adidaya dunia mulai merosot akibat kegagalan menumpas Taliban di Afganistan dan justru belakangan AS di sibukan dengan Ancaman Kebangkitan Rusia dan China yang terlihat semakin nyata pasca Perang Ukraina.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- CIA and the War on Terror Diarsipkan 2016-04-08 di Wayback Machine.
- Whitehouse FAQ about the "War on Terrorism"
- Findlaw Special Coverage "War on Terrorism" (court documents in .pdf)
- Authorization For Use of Military Force Against September 11 terrorists (AUMF) US Public Law 107-40, September 18 2001, 115 Stat. 224
- Report on Strategic Communication Diarsipkan 2008-07-25 di Wayback Machine. (pdf) Defense Science Board Task Force, September 2004
- counter-terrorism-law.org Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.
- Counteracting Terrorism Diarsipkan 2016-03-09 di Wayback Machine., LNTV, August 13 2006
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Presidential Address to the Nation, October 7, 2001". whitehouse.gov. Diakses tanggal 2008-04-14.
- ^ "Counterterrorism and Terrorism". Federal Bureau of Investigation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-09. Diakses tanggal 2008-04-14.
- ^ "Bush's war: media bias and justifications for war in a terrorist age".