Buddhisme humanistik
Bagian dari seri mengenai Filsafat |
Humanisme |
---|
Sejarah |
Humanisme sekuler |
Humanisme keagamaan |
Bentuk lainnya |
Organisasi |
Lihat juga |
Portal filsafat |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Buddhisme "Humanistik" (alam manusia) (Hanzi: 人間佛教; Pinyin: rénjiān fójiào) adalah sebuah filsafat modern yang dipraktikkan oleh gerakan keagamaan baru yang berasal dari Buddhisme Tiongkok. Buddhisme humanistik menekankan pada pengintegrasian praktik-praktik Buddhis ke dalam kehidupan sehari-hari, dan mengalihkan fokus ritual dari orang mati ke yang hidup.
Penamaan
[sunting | sunting sumber]Taixu, seorang modernis Buddhis, aktivis, dan pemikir yang menganjurkan reformasi dan pembaruan Buddhisme Tiongkok, menggunakan istilah "Buddhisme untuk Kehidupan Manusia" (Hanzi: 人生佛教; Pinyin: rénshēng fójiào). Dua aksara pertama, "manusia" dan "kehidupan", menunjukkan kritiknya terhadap beberapa aspek dari Buddhisme akhir Dinasti Qing dan awal Republik Tiongkok yang ingin dia perbaiki, yakni, penekanan pada roh dan hantu ("manusia"), dan upacara dan ritual pemakaman ("kehidupan"). Murid-muridnya meneruskan penekanan ini.[1]
Taixu juga menggunakan istilah "Buddhisme untuk Dunia Manusia", atau populer disebut "Buddhisme Humanistik" (Hanzi: 人間佛教; Pinyin: rénjiān fójiào). Tampak bahwa pada awalnya kedua istilah ini biasanya saling dapat dipertukarkan. Salah satu murid Taixu, Yin Shun, menggunakan istilah "Buddhisme Humanistik" untuk menunjukkan sebuah kritik terhadap "pendewaan" agama Buddha, yang merupakan ciri umum lainnya dari sebagian besar Buddhisme Tiongkok, dalam artikel dan buku-bukunya. Adalah Yin Shun, dan murid-murid Taixu lainnya, yang membawa kedua istilah ini ke Taiwan setelah kekalahan Nasionalis pada masa perang saudara melawan Partai Komunis Tiongkok. Adalah di Taiwan istilah "Buddhisme Humanistik" menjadi istilah yang paling umum digunakan, terutama di antara para pemimpin agama yang awalnya berasal dari Tiongkok.[1]
Buddhisme dan gerakan keagamaan baru di Taiwan
[sunting | sunting sumber]Yin Shun adalah tokoh kunci dalam eksposisi doktrinal agama Buddha, dan dengan demikian Buddhisme Humanistik, di Taiwan. Namun, dia tidak terlalu aktif di bidang sosial atau politik kehidupan. Ini dilakukan oleh generasi yang lebih muda: Hsing Yun, Sheng-yen, Wei Chueh, dan Cheng Yen. Keempat tokoh ini, yang secara kolektif dikenal sebagai "Empat Raja Surgawi Buddhisme Taiwan", memimpin "Empat Gunung Besar", atau biara-biara, dari agama Buddha Taiwan dan gerakan keagamaan baru Buddhis: Fo Guang Shan, Fa Gu Shan, Chung Tai Shan, dan Tzu Chi.[1]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Bingenheimer, Marcus (2007). "Some Remarks on the Usage of Renjian Fojiao 人間佛教 and the Contribution of Venerable Yinshun to Chinese Buddhist Modernism". Dalam Hsu, Mutsu; Chen, Jinhua; Meeks, Lori. Development and Practice of Humanitarian Buddhism: Interdisciplinary Perspectives (PDF). Hua-lien (Taiwan): Tzuchi University Press. hlm. 141–161. ISBN 978-986-7625-08-3.
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Guruge, Ananda Wp (2003). Humanistic Buddhism for Social Well-Being: An Overview of Grand Master Hsing Yun's Interpretation. Buddha's Light Publishing. ISBN 0-9717495-2-3.
- Jacqueline Ho. “The Practice of Yin Shun’s Ren Jian Fo Jiao: A Case Study of Fu Yan College, Dharma Drum Mountain and Tzu Chi Buddhist Compassion Relief.” MA thesis, University of Calgary, 2008. ISBN 978-0-494-44221-0
- Hughes Seager, Richard (2006). Encountering the Dharma: Daisaku Ikeda, Soka Gakkai, and the Globalization of Buddhist Humanism. University of California Press. ISBN 0-520-24577-6.
- Gier, Nick. "The Virtues of Asian Humanism". Moscow, Idaho: University of Idaho. Diakses tanggal 22 June 2015.
- A New Humanism, D.Ikeda - ISBN 978-1848854833, Oct. 15, 2010
- Pittman, Don Alvin (2001), Toward a Modern Chinese Buddhism: Taixu's Reforms, University of Hawaii Press