Hewan kesayangan
Hewan kesayangan (bahasa Inggris: pet, companion animal; juga disebut sebagai hewan timangan atau hewan peliharaan) adalah hewan yang terutama dipelihara sebagai teman sehari-hari manusia alih-alih sebagai hewan pekerja, hewan ternak, atau hewan percobaan yang dipelihara untuk kepentingan ekonomi atau untuk melakukan tugas tertentu. Hewan kesayangan yang populer biasanya adalah hewan yang memiliki kepribadian yang menyenangkan, seperti setia pada pemeliharanya, memiliki penampilan yang menarik, atau memiliki kercerdasan dan kemampuan tertentu seperti mengeluarkan suara yang indah. Meskipun demikian, beberapa hewan dapat dipelihara karena altruisme dan diterima oleh seseorang terlepas dari sifat-sifat yang disebutkan sebelumnya.
Dua jenis hewan peliharaan yang paling populer adalah anjing dan kucing; istilah teknis untuk pecinta kucing adalah ailurofil dan pecinta anjing adalah sinofil. Hewan lain yang dipelihara antara lain kelinci; ferret; babi; hewan pengerat, seperti gerbil, hamster, chinchilla, tikus, mencit, dan tikus belanda; burung seperti bayan, burung pengicau, dan unggas; reptil seperti kura-kura, kadal, dan ular; hewan akuatik seperti ikan, siput air tawar dan air asin, amfibi seperti katak dan salamander;
Hewan kesayangan memberikan pemiliknya atau pemeliharanya manfaat fisik maupun emosional. Berjalan-jalan dengan anjing dapat menyediakan interaksi sosial, udara segar, dan olahraga, baik bagi manusia maupun anjing tersebut. Hewan kesayangan dapat mendampingi orang yang tinggal sendiri atau orang dewasa lanjut usia yang tidak memiliki interaksi sosial yang memadai dengan orang lain. Ada pula kelompok hewan terapi, kebanyakan anjing atau kucing, yang disetujui secara medis untuk dibawa mengunjungi manusia, seperti anak-anak di rumah sakit atau orang tua di panti jompo.
Orang-orang paling sering memelihara hewan kesayangan untuk mendampingi kehidupan sehari-hari, untuk melindungi rumah atau properti, atau karena hewan tersebut memiliki kecantikan atau daya tarik tertentu.[1] Sebuah penelitian di Kanada tahun 1994 menemukan bahwa alasan paling umum untuk tidak memiliki hewan kesayangan adalah kurangnya kemampuan untuk merawat hewan saat bepergian (34,6%), kurangnya waktu (28,6%), dan ketiadaan tempat tinggal yang sesuai (28,3%), sementara ketidaksukaan pada hewan menjadi alasan yang kurang umum (19,6%).[1] Beberapa ilmuwan, ahli etika, dan organisasi pendukung hak asasi hewan telah menyuarakan keprihatinan atas pemeliharaan hewan kesayangan karena kurangnya otonomi dan objektifikasi hewan nonmanusia.[2]
Efek terhadap kesehatan hewan
[sunting | sunting sumber]Pemeliharaan hewan dapat merugikan kesehatannya jika persyaratan tertentu tidak terpenuhi. Isu penting dalam hal ini adalah pemberian pakan yang tidak tepat, yang dapat menghasilkan efek klinis. Konsumsi cokelat atau anggur oleh anjing, misalnya, bisa berakibat fatal. Spesies tanaman hias tertentu juga terbukti beracun jika dikonsumsi oleh hewan kesayangan. Contohnya termasuk Philodendron dan bakung Paskah (yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal parah pada kucing)[3][4] serta katsuba, Begonia, dan lidah buaya (yang sedikit beracun bagi anjing).[5][6]
Hewan kesayangan, terutama anjing dan kucing di tengah-tengah masyarakat industri, juga sangat rentan terhadap kegemukan. Hewan kesayangan yang kelebihan berat badan terbukti memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes, masalah hati, nyeri sendi, gagal ginjal, dan kanker. Kurangnya olahraga dan diet tinggi kalori dianggap sebagai kontributor utama kegemukan pada hewan kesayangan.[7][8][9]
Efek terhadap kesehatan manusia
[sunting | sunting sumber]Manfaat kesehatan
[sunting | sunting sumber]Telah dipercaya secara luas di antara masyarakat, dan di antara banyak ilmuwan, bahwa hewan peliharaan mungkin membawa manfaat kesehatan mental dan fisik bagi pemiliknya;[10] Institut Kesehatan Nasional (NIH) pada 1987 dengan hati-hati menyatakan bahwa data yang ada "menunjukkan" manfaat yang signifikan.[11] Perbedaan pendapat datang dari studi RAND Corporation pada 2017, yang menemukan bahwa setidaknya dalam kasus anak-anak, memiliki hewan peliharaan sendiri tidak dapat meningkatkan kesehatan fisik atau mental dengan jumlah yang signifikan secara statistik; sebaliknya, penelitian ini menemukan bahwa anak-anak yang sudah cenderung sehat lebih mungkin untuk mendapatkan hewan peliharaan.[10][12][13] Sayangnya, melakukan uji coba acak jangka panjang untuk menyelesaikan isu ini akan terlalu mahal atau tidak mungkin dilaksanakan.[11][13]
Korelasi yang diamati
[sunting | sunting sumber]Hewan kesayangan mungkin memiliki kemampuan untuk menstimulasi pemelihara mereka, khususnya orang tua, dengan menyediakan hewan untuk dirawat, untuk berolahraga bersama, dan untuk membantu mereka sembuh dari masa lalu yang bermasalah secara fisik atau psikologis.[11][14][15] Hewan pendamping juga dapat membantu seseorang untuk mempertahankan tingkat kebahagiaan yang dapat diterima, meskipun ada gejala gangguan suasana hati, seperti kecemasan atau depresi.[16] Memiliki hewan kesayangan juga dapat membantu seseorang mencapai tujuan kesehatan, seperti menurunkan tekanan darah, atau tujuan mental, seperti mengurangi stres.[17][18][19][20][21][22] Ada bukti bahwa memiliki hewan kesayangan dapat membantu seseorang menjalani hidup yang lebih lama dan lebih sehat. Dalam sebuah penelitian tahun 1986 terhadap 92 orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit koroner, dalam setahun, 11 dari 29 pasien tanpa hewan kesayangan telah meninggal, dibandingkan dengan hanya 3 dari 52 pasien yang memiliki hewan kesayangan.[15] Memiliki hewan kesayangan terbukti secara signifikan mengurangi trigliserida, dan dengan demikian risiko penyakit jantung, pada orang tua.[23] Sebuah studi oleh NIH menemukan bahwa orang yang memelihara anjing lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal akibat serangan jantung daripada mereka yang tidak memeliharanya.[24] Ada beberapa bukti bahwa hewan kesayangan mungkin memiliki efek terapeutik dalam kasus demensia.[25] Studi lain menunjukkan bahwa untuk orang tua, kesehatan yang baik mungkin merupakan persyaratan untuk memiliki hewan kesayangan, dan bukan sebagai hasilnya.[26] Anjing yang dilatih menjadi anjing pemandu dapat membantu orang dengan gangguan penglihatan. Anjing yang terlatih di bidang terapi dengan bantuan hewan juga dapat bermanfaat bagi penyandang disabilitas lainnya.[11][27]
Hewan peliharaan di lembaga perawatan jangka panjang
[sunting | sunting sumber]Orang-orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, seperti panti jompo, mungkin mendapatkan manfaat kesehatan dari hewan kesayangan. Hewan kesayangan membantu mereka mengatasi masalah emosional yang terkait dengan penyakit mereka. Mereka juga menawarkan kontak fisik dengan makhluk hidup lain, sesuatu yang sering kali hilang dalam kehidupan orang tua.[28][29] Hewan kesayangan untuk panti jompo dipilih berdasarkan ukuran tubuh hewan, intensitas perawatan hewan yang dibutuhkan, dan populasi serta ukuran institusi.[15] Hewan kesayangan yang tepat dipilih melalui proses penyaringan dan, jika hewan itu adalah anjing, ia akan diberi program pelatihan tambahan untuk menjadi anjing terapi.[30] Jenis anjing terapi yang paling banyak ditemukan adalah anjing kunjungan terapeutik yang dibawa untuk mengunjungi rumah sakit, panti jompo, fasilitas penahanan, dan fasilitas rehabilitasi.[31] Hewan peliharaan yang berbeda membutuhkan perhatian dan perawatan yang berbeda-beda; misalnya, kucing mungkin memiliki persyaratan perawatan yang lebih rendah daripada anjing.[32]
Tipe
[sunting | sunting sumber]Meskipun banyak spesies hewan yang berbeda telah dipelihara selama sejarah manusia, hanya sedikit hewan yang dianggap terdomestikasi. Beberapa jenis hewan lain, terutama monyet, tidak pernah didomestikasi tetapi masih dijual dan dipelihara sebagai hewan kesayangan. Ada pula benda mati yang disimpan sebagai "hewan peliharaan", baik dalam bentuk permainan atau lucu-lucuan (misalnya Pet Rock atau Chia Pet). Beberapa satwa liar dipelihara sebagai hewan peliharaan, seperti harimau, meskipun hal ini ilegal. Ada pasar untuk hewan peliharaan ilegal.
Hewan domestik
[sunting | sunting sumber]Hewan domestik merupakan hewan kesayangan yang paling umum dipelihara. Hewan kesayangan adalah spesies yang telah dibuat cocok untuk lingkungan manusia dengan dipelihara secara konsisten di penangkaran dan dibiakkan secara selektif dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga menunjukkan perbedaan tampilan dan perilaku yang mencolok dari kerabat liarnya. Domestikasi berbeda dengan penjinakan, yaitu ketika hewan liar nondomestik dijinakkan menjadi toleran terhadap kehadiran manusia, dan mungkin, bahkan menikmatinya.
Hewan liar
[sunting | sunting sumber]Hewan liar terkadang dipelihara sebagai hewan kesayangan. Istilah “liar” dalam konteks ini adalah hewan-hewan yang tidak mengalami domestikasi, yaitu perubahan perilaku yang mendasar untuk memfasilitasi koeksistensi yang erat dengan manusia. Beberapa spesies mungkin telah dibiakkan di penangkaran untuk waktu yang cukup lama, tetapi masih belum dianggap terdomestikasi.
Umumnya, hewan liar dianggap tidak cocok untuk dipelihara sebagai hewan kesayangan, dan praktik ini sangat dilarang di banyak tempat. Di beberapa daerah lain, spesies hewan liar tertentu diperbolehkan untuk dipelihara, dan biasanya pemilik harus mendapatkan izin resmi. Hal ini dianggap sebagai kekejaman terhadap hewan oleh beberapa orang, karena paling sering, hewan liar membutuhkan perawatan yang tepat dan konstan yang sangat sulit untuk dipenuhi dalam kondisi penangkaran. Banyak hewan berukuran besar dan secara naluriah agresif dan sangat berbahaya, dan berkali-kali mereka membunuh pawangnya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Leslie, Be; Meek, Ah; Kawash, Gf; Mckeown, Db (April 1994). "An epidemiological investigation of pet ownership in Ontario" (Free full text). The Canadian Veterinary Journal. 35 (4): 218–22. ISSN 0008-5286. PMC 1686751 . PMID 8076276.
- ^ McRobbie, Linda Rodriguez (1 August 2017). "Should we stop keeping pets? Why more and more ethicists say yes". The Guardian. Diakses tanggal 3 August 2017.
- ^ "Plants and Your Cat". Cat Fanciers' Association. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 December 2009. Diakses tanggal 15 May 2007.
- ^ Langston, Cathy E. (1 January 2002). "Acute Renal Failure Caused by Lily Ingestion in Six Cats". Journal of the American Veterinary Medical Association. 220 (1): 49–52, 36. doi:10.2460/javma.2002.220.49. PMID 12680447.
- ^ "These plants can be poisonous to dogs". Sunset Magazine. 12 July 2010. Diakses tanggal 17 October 2013.
- ^ Klein, Dr Jerry; Dec 10, C. V. O.; Dec 10, 2018 | 2 Minutes; Minutes, 2018 | 2. "Are Poinsettias Poisonous to Dogs?". American Kennel Club (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-08-26.
- ^ "Overweight Dogs". Pet Care. The American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA). Diakses tanggal 17 October 2013.
- ^ "Overweight Cats". Pet Care. The American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA). Diakses tanggal 17 October 2013.
- ^ Zelman, Joanna (23 February 2011). "Pet Obesity: Over Half Of U.S. Dogs And Cats Are Overweight, Study Says". Huffington Post. Diakses tanggal 17 October 2013.
- ^ a b "Pets are a kid's best friend, right? Maybe not, study says". Philadelphia Inquirer. Diakses tanggal 27 December 2017.
- ^ a b c d "The Health Benefits of Pets". US Government National Institute of Health. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 25 December 2006.
- ^ "Pets Are Good For Us—But Not In The Ways We Think They Are". National Geographic. 25 November 2017. Diakses tanggal 27 December 2017.
- ^ a b "Largest-Ever Study of Pets and Kids' Health Finds No Link; Findings Dispute Widely Held Beliefs About Positive Effects of Pet Ownership" (dalam bahasa Inggris). RAND. Diakses tanggal 27 December 2017.
- ^ Reiman, Steve. "Therapy Dogs in the Long-Term Health Care Environment" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 May 2012. Diakses tanggal 27 April 2012.
- ^ a b c Whiteley, Ellen H. (1986). "The Healing Power of Pets". 258 (7). Saturday Evening Post. hlm. 2–102. Diakses tanggal 5 November 2006. Academic Search Elite. EBSCOhost. Polk Library, UW Oshkosh
- ^ Bos, E.H.; Snippe, E.; de Jonge, P.; Jeronimus, B.F. (2016). "Preserving Subjective Wellbeing in the Face of Psychopathology: Buffering Effects of Personal Strengths and Resources". PLOS ONE. 11 (3): e0150867. Bibcode:2016PLoSO..1150867B. doi:10.1371/journal.pone.0150867 . PMC 4786317 . PMID 26963923.
- ^ Asp, Karen (2005). "Volunteer Pets". Prevention. 57 (4): 176–78. Diakses tanggal 5 November 2006. Academic Search Elite. EBSCOhost. Polk Library, UW Oshkosh
- ^ Allen, K; Shykoff, Be; Izzo, Jl, Jr (1 October 2001). "Pet ownership, but not ace inhibitor therapy, blunts home blood pressure responses to mental stress". Hypertension. 38 (4): 815–20. doi:10.1161/hyp.38.4.815 . ISSN 0194-911X. PMID 11641292.
- ^ Kingwell, Ba; Lomdahl, A; Anderson, Wp (October 2001). "Presence of a pet dog and human cardiovascular responses to mild mental stress". Clinical Autonomic Research. 11 (5): 313–7. doi:10.1007/BF02332977. ISSN 0959-9851. PMID 11758798.
- ^ Wilson, Cc (October 1987). "Physiological responses of college students to a pet". The Journal of Nervous and Mental Disease. 175 (10): 606–12. doi:10.1097/00005053-198710000-00005. ISSN 0022-3018. PMID 3655768.
- ^ Koivusilta, Leena K.; Ojanlatva, A; Baune, Bernhard (2006). Baune, Bernhard, ed. "To Have or Not To Have a Pet for Better Health?". PLOS ONE. 1 (1): e109. Bibcode:2006PLoSO...1..109K. doi:10.1371/journal.pone.0000109 . PMC 1762431 . PMID 17205113.
- ^ Vormbrock, Jk; Grossberg, Jm (October 1988). "Cardiovascular effects of human–pet dog interactions". Journal of Behavioral Medicine. 11 (5): 509–17. doi:10.1007/BF00844843. ISSN 0160-7715. PMID 3236382.
- ^ Dembicki, D and Anderson, J. 1996. Journal of Nutrition in Gerontology and Geriatrics. Volume 15 Issue 3, pages 15-31.
- ^ Jodee (8 July 2010). "Want to Reduce Risk of Heart Disease? Get a Pet". Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 March 2013. Diakses tanggal 27 April 2012.
- ^ Friedmann E, Galik E, Thomas SA, Hall PS, Chung SY, McCune S. Evaluation of a Pet-Assisted Living Intervention for improving functional status in assisted living residents with mild to moderate cognitive impairment. American Journal of Alzheimer's Disease and Other Dementias.2015:30(3):276-289
- ^ Parslow, Ruth; Jorm, Anthony; Christensen, Helen; Rodgers, Bryan; Jacomb, Patricia (Jan–Feb 2005). "Pet Ownership and Health in Older Adults". Gerontology. 40. 51 (1): 40–47. doi:10.1159/000081433. PMID 15591755.
- ^ Farlex. "The Free Dictionary By Farlex". Diakses tanggal 27 April 2012.
- ^ http://www.shea-online.org/Portals/0/PDFs/Animals%20in%20Healthcare%20Facilities.pdf Diarsipkan 4 March 2016 di Wayback Machine.
- ^ Reinman, Steve. "Therapy Dogs in the Long-Term Health Care Environment" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 May 2012. Diakses tanggal 27 April 2012.
- ^ Huculak, Chad (4 October 2006). "Super Furry Animals". Edmonton: W7.. LexisNexis. Polk Library, UW Oshkosh. 5 November 2006.
- ^ Reiman, Steve. "Therapy Dogs in the Long-Term Health Care Environment" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 May 2012. Diakses tanggal 27 April 2012.
- ^ Bruck, Laura (1996). "Today's Ancillaries, Part 2: Art, music and pet therapy". Nursing Homes: Long-Term Care Management. 45 (7): 36. Diakses tanggal 5 November 2006. Academic Search Elite. EBSCOhost. Polk Library, UW Oshkosh.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Media tentang Hewan peliharaan di Wikimedia Commons